Pekanbaru (ANTARA News) - Bukan cuma urusan mengantar surat rahasia saja yang perlu strategi. Mengantarkan hewan kurban juga begitu. Selain lembur, penentuan waktu dan rute yang paling canggih harus diatur di Pekanbaru, Riau.

Supri (40), seorang penjual sapi di ibukota Provinsi Riau itu, menuturkan, malam takbiran Idul Adha selalu diramaikan pawai manusia di mana-mana dan bukankah keramaian itu disukai semua orang?

"Jalanan macet, yang diantar juga banyak. Makanya, kami terapkan taktik 'serangan fajar, yakni mengantar permintaan hewan kurban sejak subuh," katanya, Minggu.

Sudahlah padat, banyak pula jalan yang ditutup untuk keperluan pawai takbiran itu. Padahal, hewan kurban tidak bisa dibawa pakai sepeda motor... Jadilah mereka pandai menempuh jalan-jalan tikus. pri acapkali harus berputar mencari jalan tikus.

"Jalan banyak yang ditutup, jadi harus mutar-mutar. Itu pun tak keburu selesai memenuhi seluruh permintaan pembeli. Makanya, dilakukan 'serangan fajar' saja," katanya.

Hal serupa juga dialami H Ridwan (47). Ia bahkan mengaku membutuhkan waktu hingga dua jam untuk mengantar sapi kepada pelanggan yang berjarak hanya delapan km dari rumahnya.

Supri sendiri mengaku hingga pukul 02.00 dinihari ia sudah mengirim hingga delapan kali angkutan dengan mobil bak terbuka diesel ukuran tanggung. Itupun belum seluruh sapi diantarkan ke alamat pemesan.

"Kalau diantar malam, pagi dipotong, tidak usah dikasih makan dia kuat," kata Supri.

Demi kepuasan pembeli, para para pelanggan mengaku ikhlas, bahkan senang. Hari Raya Idul Adha ibaratnya puncak panen bagi pedagang dan peternak sapi seperti Ridwan dan Supri.

Seperti diberitakan ANTARA sebelumnya, Riau mampu menghabiskan hingga 27 ribu ekor sapi pada momen kurban ini. Ini tentu berdampak kepada besarnya omzet pedagang sapi seperti Supri yang sedikitnya mampu menjual 30 ekor sapi pada Hari Raya ini.

Sebab, jika dalam sekali pengangkutan Supri membawa empat sampai enam ekor sapi, paling sedikit pedagang sekaligus peternak itu telah menjual 32 ekor sapi sehari.

Jika dikalikan dengan harga termurah di Pekanbaru yang tak kurang dari Rp8 juta per sapi, hasilnya di kisaran angka Rp256 juta, dan ini sungguh termasuk fantastis.

Sayangnya, perputaran uang yang cepat dan tingginya permintaan akan sapi di Pekanbaru dari tahun ke tahun itu belum banyak dimanfaatkan oleh peternak.

Seperti diakui oleh Kepala Dinas Peternakan Provinsi Riau, dokter hewan Askardya R Patrianov.

Ia mengatakan, mayoritas kebutuhan ternak sapi untuk jadi hewan kurban, didatangkan dari luar (Lampung, Jawa, Madura hingga Bali).

"Produksi sapi lokal hanya bisa mencukupi 20 persen kebutuhan hewan kurban yang terus meningkat," Askardya Patrianov. (ANT-027)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011