Yogyakarta (ANTARA News) - Petani Indonesia belum antusias menanam kedelai karena harga jual lebih rendah dibanding komoditas lain di pasaran.

Wakil Menteri Pertanian Rusman Heryawan seusai sarasehan petani kedelai hitam yang digelar PT Unilever Tbk di Yogyakarta, Rabu, mengatakan harga kedelai yang tidak terlalu bagus atau tidak stabil membuat petani malas menanam komoditas itu.

"Petani Indonesia cenderung memilih komoditas pertanian lain yang lebih menguntungkan, seperti, beras dan tembakau," katanya.

Menurut dia, produksi kedelai dalam negeri selama ini belum mencukupi kebutuhan masyarakat.

Ia mengatakan kebutuhan kedelai Indonesia per tahun adalah 2,4 juta ton.

"Kebutuhan itu untuk semua jenis kedelai dan paling banyak adalah kedelai kuning karena umum dikonsumsi masyarakat sebagai bahan pembuatan tahu tempe," katanya.

Sedangkan, produksi kedelai di Indonesia saat ini hanya sebanyak 870.000 ton.

"Sebanyak 70 persen kedelai Indonesia berasal dari Amerika Serikat. Indonesia masih harus mengimpor karena produksi kedelai dalam negeri rendah," kata dia.

Ia mengatakan jumlah produksi kedelai di Indonesia masih jauh dari harapan swasembada.

Menurut dia, swasembada kedelai sulit tercapai karena pemerintah selama ini terlalu banyak target peningkatan produksi berbagai komoditas, seperti, beras dan daging.

"Ada banyak pertempuran target produksi berbagai komoditas sehingga swasembada kedelai sulit dicapai," katanya.

Menurut dia, untuk mencapai swasembada kedelai pemerintah bersama sejumlah pihak harus banyak melakukan terobosan.

Ia mengatakan salah satu cara untuk mengatasi rendahnya produksi kedelai adalah ekstensifikasi lahan non sawah.

"Petani sulit menanam kedelai di sawah karena harus dihadapkan dengan menanam padi yang lebih menguntungkan," katanya.

Selain itu, pemerintah juga bisa bekerja sama dengan pihak swasta, LSM, dan perguruan tinggi untuk mendorong petani mengembangkan produksi dan kualitas kedelai di Indonesia.

Dia mengatakan jika kemitraan antara PT Unilever dengan petani kedelai hitam sukses, maka bisa menjadi percontohan.

"Intinya petani ingin mencapai kesejahteraan. Untuk mencapai kesejahteraan petani butuh jaminan pembelian hasil panenan sesuai harapan, dan jaminan ketersediaan modal," katanya.

(ANT-293/S006)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011