Nusa Dua (ANTARA News) - PT Bukit Asam Transpacific Railways (BATR) akan mendapat pinjaman dana sebesar 1,3 miliar dolar AS dari China Development Bank (CDB) untuk membiayai proyek pembangunan rel kereta api sepanjang 300 km di Sumatera Selatan.

"Kucuran dana tersebut merupakan bagian dari kerangka kesepakatan pendanaan (financing framework agreement) antara BATR, China Development Bank (CDB) dan China Railways Group Limited," kata Direktur Utama BATR, Rudiantara, di sela-sela penyelenggaraan ASEAN Business and Investment Summit (KTT Bisnis dan Investasi ASEAN), di Nusa Dua, Bali, Jumat.

Penandatangan kesepakatan pendanaan disaksikan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi, Minister Counsellor Economic & Commercial Kedutaan Besar China Zhou Hui.

Menurut Rudiantara, kerangka kesepakatan di bidang keuangan ini mengatur skema pendanaan proyek kereta api batubara dari Tanjung Enim, Sumatera Selatan ke Bandar Lampung sepanjang 300 km yang melintasi delapan kabupaten dan satu kotamadya.

"Dengan kesepakaan ini maka perusahaan lebih mendapat kepastian sumber pendanaan bagi proyek infrastruktur yang merupakan bagian dari Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)," ujar Rudiantara.

Proyek yang merupakan integrasi dari seluruh kebutuhan tambang batu bara, infrastruktur transportasi kereta api dan pelabuhan ini akan beroperasi pada akhir 2015 atau selambatnya April 2016.

Dijelaskan Rudiantara, proyek ini sudah mendapat izin prinsip perkeretaapian khusus dari Menteri Perhubungan serta telah melakukan pilot project pembebasan tanah dan berlangsung dengan baik.

Meski begitu pihaknya tetap menunggu realisasi restrukturisasi PT Bukit Asam Banko (BAB) yang merupakan bagian terintegrasi dari proyek. Dengan ditandatanganinya kerangka kesepakatan ini, maka diharapkan realisasi dari pihak-pihak terkait untuk menyelesaikan megaproyek ini dapat dipercepat.

Ditambahkannya rel kereta api dan pelabuhan akan dibangun dan dioperasikan BATR yang merupakan perusahaan patungan antara Grup Rajawali melalui anak perusahaannya Rajawali Asia Resources sebesar 80 persen, dan sisanya 10 persen PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan 10 persen China Railway Group Limited.

Sedangkan untuk mengelola penambangan batu bara dikerjakan BAB yang merupakan perusahaan patungan antara Bukit Asam sebesar 65 persen dan Rajawali Asia Resources sebanyak 35 persen.

Adapun produksi batubara diperkirakan mencapai rata-rata 25 juta ton per tahun selama 20 tahun.

Sementara itu Chief Planning Officer China Development Bank, Chen Jian Yin mengatakan skema pendanaan ini terdiri dari skema 70:30, dimana 70 persen pendanaan akan ditopang CBD dan sisanya atau sekitar 700 juta dolar AS berasal dari ekuitas perseroan.

"Secara keseluruhan kami siap merealisasi proyek ini," kata Chen.

Sementara itu kerja sama pembiayaan antara perusahaan Indonesia dengan perusahaan pembangunan infrastruktur asal China ini mendapat sambutan positif karena terealisasi di sela-sela penyelenggaraan KTT ke-19 dan KTT ke-6 Asia Timur.

Sofjan yang juga mitra penyelenggara KTT Bisnis dan Investasi ASEAN ini mengatakan, kerjasama bisnis tersebut menjadi contoh konkrit bahwa iklim usaha di Indonesia semakin bagus.
(T.R017/A026)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011