Jakarta (ANTARA) - Indonesia menjadi tuan rumah perhelatan akbar G20 untuk pertama kalinya. Dengan mengusung tema "Recover Together, Recover Stronger" Indonesia mengajak seluruh negara untuk bahu membahu pulih bersama dari pandemi COVID-19.

Sebagai tuan rumah, Indonesia dapat mengorkestrasi agenda pembahasan pada G20 agar mendukung dan berdampak positif dalam pemulihan perekonomian dalam negeri.

Salah satu kepentingan Pemerintah Indonesia dalam Presidensi G20 tahun 2022 adalah mengusulkan isu industri masuk dalam Trade and Investment Working Group (TIWG), sehingga menjadi Trade Investment, and Industry Working Group (TIIWG).

Hal tersebut sejalan dengan upaya Indonesia dalam mewujudkan aspirasi besar pada peta jalan Making Indonesia 4.0 yakni menjadikan Indonesia masuk dalam 10 besar negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada 2030.

Industri terbukti mempunyai kontribusi sebesar 15 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dunia. Oleh karena itu, ketika Indonesia mengajukan TIIWG, banyak negara mendukung dan memiliki perhatian terhadap pentingnya isu industri untuk dibahas pada gelaran G20.

Melalui hajatan Presidensi G20 Indonesia, TIIWG menjadi forum penting sebagai sarana bagi negara anggota G20 untuk mendorong kerja sama membuat kebijakan yang efektif. Terlebih, dengan adanya dampak pandemi COVID-19 yang mengakibatkan gangguan aktivitas ekonomi global, sehingga negara anggota bisa bersama-sama segera pulih dan bangkit kembali.

Baca juga: RI dorong G20 ciptakan terobosan untuk pemulihan ekonomi global


Percepatan digitalisasi

Di balik efek pandemi COVID-19 selama dua tahun lebih, terdapat hal yang dapat menjadi peluang atau dimanfaatkan dengan baik yaitu penerapan digitalisasi di sektor industri. Melalui upaya transformasi digital, sektor industri mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas produknya secara secara lebih efisien, sehingga turut mendongkrak daya saing.

Hal tersebut sesuai dengan aspirasi pada peta jalan Indonesia 4.0, yakni dengan penerapan digitalisasi akan menaikkan kembali kontribusi ekspor industri sebesar 10 persen dari nett ekspor PDB nasionalnya, seperti yang pernah dicapai pada akhir 1990-an dan 2000-an.

Kerja sama dalam mengakselerasi implementasi Industri 4.0 antara negara-negara anggota G20 sangat penting karena memiliki potensi untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing, mengurangi konsumsi energi dan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas sumber daya yang tersedia di dunia,

Hal tersebut dapat memberikan peluang yang signifikan bagi anggota G20 untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi sekaligus menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan untuk mencapai misi Sustainable Development Goals (SDGs).

Dalam banyak penelitian menunjukkan sektor manufaktur yang telah mengadopsi Industri 4.0 menjadi lebih tangguh dalam menghadapi krisis seperti dampak dari pandemi. Oleh karena itu, percepatan implementasi Industri 4.0 menjadi solusi industri untuk siap menghadapi krisis yang terjadi saat ini maupun pada masa mendatang.

Selain itu melalui isu Industri 4.0 yang diangkat dalam TIIWG G20, Indonesia mendorong terjadinya percepatan transformasi digital dan inovasi di sektor industri baik dalam negeri maupun global yang dapat memberikan potensi untuk meningkatkan nilai tambah, produktivitas, dan efisiensi industri.

Kerja sama internasional tentunya akan memberikan manfaat strategis bagi Indonesia maupun negara-negara lain karena dapat menghasilkan strategi percepatan implementasi Industri 4.0 dan memaksimalkan manfaatnya serta memitigasi dampak negatif dari perubahan teknologi.

Baca juga: RI ingin kerja sama transformasi digital jadi kebijakan multilateral


Hasil TIIWG G20

Pertemuan TIIWG G20 berhasil digelar pada 29-30 Maret 2022 di Solo, Jawa Tengah. Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan pertemuan tersebut menorehkan sejarah baru, karena untuk pertama kalinya isu industri secara resmi didiskusikan sebagai salah satu isu utama di G20, bersama isu perdagangan dan investasi.

Pertemuan tersebut merupakan salah satu langkah dalam perjalanan mewujudkan sinergi antara perdagangan, investasi dan industri, sekaligus memperkuat kolaborasi global.

Dalam pertemuan tersebut, sidang membahas tiga dari enam isu prioritas TIWWG, meliputi The Role of Multilateral Trading System to Strengthen the Achievement of SDGs, Digital Trade and Sustainable Global Value Chains (GVCs), serta Sustainable and Inclusive Industrialization via Industry 4.0.

Selaku Co-Chair TIIWG, Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Eko SA Cahyanto menyampaikan dalam pembahasan isu Sustainable and Inclusive Industrialization via Industry 4.0, terdapat beberapa pandangan dari negara- negara mengenai peran industri, bersama perdagangan dan investasi, untuk membantu peningkatan produktivitas

"Pembangunan dan implementasi Industri 4.0 harus inklusif dan memastikan tidak ada yang tertinggal, dan semua ekonomi memperoleh manfaat dari pembangunannya," ujar Eko.

G20 perlu mendiskusikan cara untuk menyediakan lebih banyak akses kepada UMKM dan kelompok masyarakat yang kurang terwakili terhadap kemudahan dari implementasi Industri 4.0.

Adapun inti dari pertemuan tersebut adalah semua delegasi serta India sebagai troika sepakat akan pentingnya industri sebagai bagian isu yang dibahas di G20.

Seluruh delegasi membahasnya dari berbagai aspek, mulai dari ekonomi hijau, sumber daya manusia, hingga Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Para delegasi melihat bahwa industri memang diperlukan untuk bisa pulih dari pandemi.

Menurut Eko, seluruh paparan, penjelasan, dan intervensi dalam forum tersebut sejalan dengan inisiatif yang diajukan Indonesia untuk membahas isu industri dalam TIIWG G20.

Mengingat pentingnya sektor industri dalam pemulihan maupun kebangkitan ekonomi global, Indonesia berharap sektor industri akan terus menjadi pembahasan pada perhelatan G20 selanjutnya.

Baca juga: Menperin: Pertemuan pertama TIIWG jadi babak baru kolaborasi G20

Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022