Mataram (ANTARA News) - Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan bahwa ketahanan ekspor nasional tetap kuat karena ketergantungan dagang dengan negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat jauh berkurang dibanding 10 tahun lalu.

"Karena itu, Kementerian Perdagangan terus mendorong peningkatan ekspor sekaligus mempertahankan ekspor," kata Bayu, pada pembukaan Forum Ekspor Kawasan Timur Indonesia, di Mataram, Selasa.

Forum Ekspor Kawasan Timur Indonesia yang akan berlangsung hingga 23 November 2011 itu juga melibatkan instansi teknis terkait seperti perpajakan dan kepabeanan serta Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, selain bidang terkait di Kementerian Perdagangan dan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Juga diagendakan kegiatan konsultasi bisnis guna mendiskusikan peluang pasar, yang melibatkan Atase Perdagangan dari Republik Rakyat Thiongkok (RRT) dan Korea Selatan (Korsel).

Bayu mengatakan, ekonomi global sekarang ini masih tidak menentu akibat krisis berkepanjangan yang belum jelas kepastian penyelesaiannya.

Negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat masih menghadapi permasalahan ekonomi domestik, sehingga dapat dikatakan pasar dunia sedang lesu dan mengalami masa-masa sulit.

Namun, ekonomi Indonesia masih tangguh dalam menghadapi kecenderungan krisis ekonomi global saat ini karena posisi dan kondisi ekonomi nasional cukup kuat.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat meskipun kekhawatiran terhadap prospek ekonomi dunia masih tinggi.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2011 diperkirakan tumbuh 6,5 persen dan pertumbuhan di kwartal IV sebesar 6,6 persen sehingga melebihi target 6,4 persen. Pada 2012, diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kisaran 6,3 persen hingga 6,7 persen.

"Tentunya ketahanan ekonomi Indonesia tidak terlepas dari struktur perekonomian Indonesia yang memiliki permintaan domestik yang tinggi terutama konsumsi rumah tangga sehingga dapat meminimalkan dampak perlambatan ekonomi global," ujarnya.

Pada tahun ini, kata Bayu, diperkirakan konsumsi rumah tangga tumbuh 4,8 persen, sementara pada 2012 diperkirakan akan tumbuh 4,6 - 5,1 persen.

Selain itu, Indonesia juga masih tangguh dalam menghadapi krisis ekonomi global itu karena ekspor banyak ditujukan ke negara-negara ASEAN (sekitar 20 persen) dan negara emerging market seperti Cina (16 persen) dan Jepang (12 persen) dan India ( enam persen).

Pertumbuhan ekspor juga sudah lebih cepat dari pertumbuhan impor. Neraca Perdagangan sepanjang 2011 selalu surplus, dan pada Agustus 2011 surplus sebesar 3,76 milyar dolar AS, atau terbesar dari yang pernah terjadi.

Pada 2011 nilai ekspor tetap diperkirakan mencapai Rp200 miliar dolar AS karena sisa waktu Oktober-Desember 2011 diperkirakan akan meningkat untuk barang konsumsi, meskipun ekspor September turun 4,5 persen dibadingkan Agustus tetapi September (yoy) naik 46,3 persen, dan Januari-September (yoy) naik 37,5 persen.

Dari sisi penggunaan, impor bahan baku dan barang modal masih menunjukkan trend peningkatan. Sedangkan impor barang konsumsi mengalami trend penurunan.

Adanya indikator peningkatan impor bahan baku dan barang modal menunjukkan kondisi sektor industri yang positif dan masih adanya potensi peningkatan ekspor.

Impor bahan baku masih mendominasi total impor yaitu sekitar sebesar 75 persen, dan adanya peningkatan pendapatan per kapita, dari 2.350 dolar AS di 2009 menjadi 3.005 dolar AS di 2010.

Kendati demikian, Indonesia masih harus terus berupaya mempertahankan nilai ekspor itu di 2012 dan memperbanyak negara tujuan ekspor, seperti Afrika, Amerika Latin, dan Asia Tengah yang menjadi target di tahun-tahun mendatang.

"Langkah-langkah yang perlu dilakukan selain mempertahankan strategi yang sudah ada, juga harus mencari terobosan-terobosan antara lain konsentrasi pada produk-produk tertentu," ujarnya.

(ANTARA)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011