Bogor (ANTARA News) - Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Prof Dr Hafid Abbas mengatakan, semua jenjang pendidikan harus mampu menanamkan wawasan kebangsaan dan nasionalisme kepada para siswanya.

"Pendidikan merupakan wahana yang sangat efektif dalam menanamkan nasionalisme. Karena itu, sekolah harus mampu menanamkan wawasan kebangsaan sejak dini kepada semua siswanya," kata Hafid Abbas saat tampil sebagai narasumber lokakarya desentralisasi pendidikan di Balitbang Kemdikbud di Bogor, Selasa.

Lokakarya tersebut dilaksanakan mulai Senin (28/11) hingga Rabu (30/11), diikuti 250 peserta, yang terdiri atas berbagai pemangku kebijakan pendidikan se-Indonesia, dan mengangkat tema "Problematika, Prospek, dan Tantangannya di Masa Depan".

Prof Hafid Abbas yang juga mantan Dirjen HAM Kemenkumham membawakan materi dengan judul "Menyeimbangkan Sistem Desentralisasi dan Sentralisasi Pendidikan".

"Pendidikan sangat berperan dalam membentuk watak dan karakter sebuah masyarakat, ternasuk dalam menanamkan wawasan kebangsaan dan nasionalisme. Karena itu, pendidikan perlu dijadikan sebagai wahana efektif dalam menanamkan nasionalisme kepada siswa," papar Hafid.

Menurut Hafid Abbas, pendidikan nasional harus dibangun dengan wawasan Indonesia. Masyarakat Nusantara yang memiliki keragaman suku dan bahasa serta tinggal dalam negara kepulauan, harus memiliki cara pandang yang sama tentang Indonesia.

"Semuanya harus bangga menjadi bagian dari bangsa dan negara besar bernama Indonesia. "Jangan sampai ada ego sentris kedaerahan atau nasionalisme lokal, karena tidak pernah diajarkan tentang wawasan kebangsaan," terangnya.

Oleh karena itu, Prof Hafid Abbas mengharapkan agar konsep desentralisasi pendidikan yang telah dijalankan lima tahun lebih, dapat ditinjau ulang, dengan lebih menyeimbangkan antara desentralisasi dan sentralisasi.

Dengan adanya keseimbangan antara desentralisasi dan sentralisasi dalam pendidikan, diharapkan semua siswa di seluruh penjuru Nusantara sejak dini mendapatkan pelajaran tentang wawasan kebangsaan.

"Kalau sekolah tidak menanamkan wawasan kebangsaan kepada siswanya, maka saat mereka tumbuh dewasa hanya akan faham dan fanatik dengan daerahnya saja, tidak memahami daerah-daerah lainnya di Indonesia. Hal ini tentu saja sebagai benih separatisme, yang akan merapuhkan ikatan-ikatan kebangsaan dalam jangka panjang," kata Abbas.

"Sentralisasi dan desentralisasi jangan dipertentangkan, tapi harus dilihat secara dinamis dalam kerangka kepentingan strategis bangsa. Daerah dan pusat harus berbagi peran dan sinergis dalam memajukan pendidikan."  (ANT-053/Z002)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011