Makassar (ANTARA News) - Pelaksanaan Kongres XXV Himpunan mahasiswa Islam (HMI) yang sedang berlangsung di Asrama Haji Sudiang, Makassar diwarnai dengan pekan teaterikal dan "pasar-pasar event." Pekan aksi teatretikal ini diselenggarakan Lembaga Seni dan Budaya Mahasiswa Islam (LSBMI) yang dikoordinir oleh Badan Koordinasi Nasional (Bakornas) HMI di lokasi Kongres, Jumat. Biasanya, pelaku-pelaku aksi teatretikal ini menampilkan hasil karya mereka dihadapan peserta Kongres sekaligus memberikan hiburan agar peserta tidak terlihat serius dan tegang. Pekan teatretikal ini dilakukan tiap malam dengan menampilkan thema yang berbeda-beda pula, seperti tema kebangsaan dan kritikan baik terhadap pemerintah maupun HMI itu sendiri. "Kami memberikan semangat kepada HMI dan mengingatkan bahwa HMI sudah saatnya kembali kepada khittahnya sebagai pengemban amanah umat," jelas Herry Mardi, Wasekjen Eksternal PB HMI seraya menambahkan bahwa selama ini HMI dilingkupi dengan bebagai persoalan sehingga menyebabkan munculnya konflik. "Wajah HMI sekarang ini sudah tidak seperti dulu, ia banyak memakai topeng, tapi kami berharap, setengah dari wajah yang tidak tertutup topeng itu bisa membangkitkan dan menyadarkan teman-teman untuk membangun kembali HMI," ujar pria yang akrab disapa Cokro ini yang mukanya dilukis sebelah. Rencananya Jumat malam ini, mereka yang mendapatkan giliran aksi teaterikal akan menampilkan teaterikal Munir, pejuang HAM Indonesia yang tewas dalam perjalanan ke Belanda. "Kami tidak melihat bahwa Munir itu bagian dari HMI, tetapi kasus kematian Munir ini memang terasa ganjil, masih kabur dan hingga saat ini polisi atau aparat hukum lainnya belum berhasil mengungkap penyebab utama dan tokoh kunci terbunuhnya pembela HAM tersebut," ujar Arifin, peserta Kongres HMI dari Cabang Malang. Selain itu, pasar-pasar event juga turut meramaikan arena Kongres. Selain pedagang kali lima, tampak pula sejumlah pedagang kain dan baju batik dengan harga terjangkau. Hanya dengan merogoh kantong Rp20.000, peserta Kongres sudah dapat memperoleh baju batik dengan tampilan model yang berbeda.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006