Depok (ANTARA News) - Mahasiswa Universitas Indonesia (UI) dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) serta Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) meraih juara pertama dan juara ketiga dalam kompetisi perangkat lunak (software) migas.

"Tim UI berhasil meraih juara atas program software inovatif mereka yang berjudul CBM Modeling for Estimating Methane Gas Reserve," kata Plh Kepala Kantor Komunikasi UI, I Ketut Surajaya, di Depok, Jabar, Kamis.

Ia mengatakan program perangkat lunak tersebut diciptakan oleh tim UI-A (Abdullah Choirul Imam, Aliyyus Syani, Hary Prabowo Suryoatmojo) dan "Spectral Decomposition for Direct Hidrocarbon Indicator" yang dikembangkan oleh Tim UI-B (Ken Danniswara, Dwimasarga Wirasetya, Suhendra, Erawati Fitriani Adji).

Kedua perangkat lunak yang dikembangkan Tim UI berhasil memukau para tim juri yang terdiri dari para ahli industri migas yaitu Schlumberger, Chevron, Pertamina, dan Medco.

Kompetisi ini diikuti oleh 10 tim dari 5 perguruan tinggi di Indonesia, yaitu UI, ITB, UGM, UPN dan Trisakti yang memperebutkan total hadiah mencapai 10.000 dolar AS.

Kompetisi ini adalah terobosan dalam membangun sinergi antara Industi dan Perguruan Tinggi untuk mengembangkan teknologi migas di Indonesia dan di kancah internasional.

Ia berharap keikutsertaan UI dalam kompetisi ini dapat menjawab kebutuhan akan inovasi baru dalam eksplorasi gas metan batubara (CBM) dan mendeteksi kandungan hidrokarbon, yaitu minyak dan gas melalui pendekatan teknologi informasi.

Sebelumnya, empat mahasiswa Universitas Indonesia terpilih mewakili Indonesia dalam ajang "The 1st Asia Pasific Youth Caravan Cross The Border, Dive into Diversity" di Republik Korea Selatan.

Keempat mahasiswa tersebut adalah David Immanuel Sihombing (Teknik Sipil), Ladia Fitrah (Hubungan Internasional), Hindun Harahap (Hubungan Internasional) dan Mia Amelinda (Kriminologi).

"Dalam kegiatan APYC tersebut, para mahasiswa UI mempromosikan kebudayaan dan pariwisata Indonesia," paparnya.

Selain itu, juga mengangkat isu pembalakan hutan secara liar di bumi Kalimantan dan memaparkan mengenai cara-cara yang dilakukan Indonesia dalam menjaga toleransi keberagaman di Indonesia.

APYC adalah salah satu program "Asia-Pasific Centre of Education for International Understanding" (APCEIU) di bawah naungan UNESCO. Program ini bertujuan menciptakan diskusi positif terhadap isu-isu keanekaragaman hayati dan budaya di Asia.

Hal tersebut, katanya, tentunya mampu meningkatkan signifikansi warisan budaya dan alam UNESCO, memperkuat hubungan antarpemuda se-Asia Pasifik, menciptakan semangat kolektif terhadap para pemuda Asia terhadap isu-isu transnasional, serta membentuk jaringan pemuda di kawasan Asia Pasifik.

(F006/C004)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011