Quetta, Pakistan (ANTARA News) - Lebih dari 20 truk hancur dalam serangan roket Kamis terhadap sebuah terminal truk NATO di Pakistan baratdaya yang mengangkut perbekalan untuk pasukan itu di Afghanistan, kata polisi.

Sejumlah truk barang dan BBM diparkir di terminal sementara di Quetta setelah Pakistan menutup jalur perbekalan bagi pasukan NATO karena marah atas serangan udara lintas batas persekutuan itu yang menewaskan 24 prajurit Pakistan, lapor AFP.

Polisi senior Malik Arshad mengatakan kepada AFP, beberapa orang bersenjata tak dikenal menembakkan peluru dan sebuah roket ke truk-truk BBM NATO dan kebakaran yang terjadi kemudian melalap lebih dari 20 kendaraan di Quetta, ibu kota provinsi Baluchistan, Pakistan baratdaya.

"Api berkobar di lebih dari 20 kendaraan. Kami tidak tahu apakah ada korban karena kebakaran yang begitu besar masih terjadi," kata Arshad, dengan menambahkan bahwa 10 kendaraan diungsikan dengan aman dari terminal tersebut.

Menurut pejabat kepolisian itu, regu pemadam kebakaran dan tim penanganan darurat dikerahkan tak lama setelah serangan itu.

Sekretaris dalam negeri Baluchistan, Naseebullah Bazai, mengatakan kepada wartawan di lokasi kebakaran, terdapat 38 kendaraan yang diparkir di terminal itu, salah satu dari tiga terminal yang dibangun di dan sekitar Quetta untuk truk-truk NATO yang terlantar.

Belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu, namun Taliban melancarkan serangan-serangan semacam itu di masa silam untuk mengacaukan perbekalan bagi lebih dari 130.000 prajurit internasional pimpinan AS di Afghanistan.

Sebagian besar perbekalan dan peralatan yang diperlukan pasukan asing di Afghanistan dikirim melalui Pakistan, namun pasukan AS semakin sering menggunakan rute alternatif melalui Asia tengah.

Taliban mengklaim bahwa serangan-serangan itu dilakukan untuk membalas serangan pesawat tak berawak AS terhadap gerilyawan di Pakistan.

Pesawat-pesawat tak berawak AS melancarkan puluhan serangan di kawasan suku Pakistan sejak pasukan komando AS membunuh pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden dalam operasi rahasia di kota Abbottabad, Pakistan, pada 2 Mei.

Penyerbuan AS terhadap tempat Osama itu telah membuat malu dan marah militer Pakistan dan menambah ketegangan antara kedua negara tersebut.

Islamabad mendesak AS mengakhiri serangan-serangan pesawat tak berawak, sementara Washington menuntut Pakistan mengambil tindakan menentukan untuk menumpas jaringan teror.

Sentimen anti-AS tinggi di Pakistan, dan perang terhadap militansi yang dilakukan AS tidak populer di Pakistan karena persepsi bahwa banyak warga sipil tewas akibat serangan pesawat tak berawak yang ditujukan pada militan di sepanjang perbatasan dengan Afghanistan dan penduduk merasa bahwa itu merupakan pelanggaran atas kedaulatan Pakistan.

AS pada 2010 menggandakan serangan rudal di kawasan suku Pakistan, dan lebih dari 670 orang tewas dalam sekitar 100 serangan sepanjang tahun itu. Pada 2009, 45 serangan semacam itu menewaskan 420 orang, menurut hitungan AFP.

Para pejabat AS mengobarkan perang dengan pesawat tak berawak terhadap para komandan Taliban dan Al-Qaida di kawasan suku baratlaut, dimana militan bersembunyi di daerah pegunungan yang berada di luar kendali langsung pemerintah Pakistan.

Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.

AS menyebut kawasan suku Pakistan sebagai markas global Al-Qaida dan salah satu tempat paling berbahaya di Bumi.

Pejabat-pejabat AS mengatakan, pesawat tak berawak merupakan senjata sangat efektif untuk menyerang kelompok militan. Namun, korban sipil yang berjatuhan dalam serangan-serangan itu telah membuat marah penduduk Pakistan. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011