Denpasar (ANTARA News) - Pelaksana Tugas Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga Joko Pekik Irianto mempertanyakan keputusan Pengurus Pusat Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia melarang tujuh atlet Diklat Ragunan tampil di kejuaraan internasional Kasih Bangsa yang berlangsung di Denpasar, Bali.

"Keputusan tersebut perlu dipertanyakan karena kejuaraan Kasih Bangsa ini justru seharusnya dimanfaatkan oleh atlet karena bisa menjajal pemain dari luar negeri," kata Joko saat menyaksikan kejuaraan tersebut di Gedung Olahraga Merpati Denpasar, Sabtu.

Pernyataan tersebut disampaikan Joko menanggapi keputusan Pengurus Pusat Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI) yang melarang atlet junior dari Pusdiklat Ragunan untuk tampil di kejuaraan yang diikuti 400 lebih atlet dari 21 negara itu.

Ironisnya, para atlet belia dari Ragunan tersebut sudah sempat bertanding sebelumnya dan seluruh biaya ditanggung oleh Kantor Menpora, bukan PTMSI.

Sampai saat ini tidak ada penjelasan mengenai alasan PTMSI untuk melarang atlet yang ditangani oleh pelatih Bobby Regar itu.

Namun atlet nasional lain dibolehkan tampil dengan alasan karena mereka bertanding mewakili klub masing-masing bukan PTMSI.

Kejuaraan Tenis Meja Internasional Kasih Bangsa tersebut sempat mendapat ganjalan dari PP PTMSI dengan mengeluarkan edaran dan menyatakan bahwa acara itu tidak mendapat rekomendasi karena dianggap hanya sebagai pertandingan hiburan belaka.

Salah satu atlet muda yang dengan perasaan sedih harus mengikuti kemauan PTMSI adalah M Bima Abdi Negara (14 tahun) yang seharusnya bertanding di kelompok kadet putra.

Keputusan PTMSI yang menurut banyak pihak sulit dipahami itu membuat Ayu Satria, Ibunda Bima memberanikan diri menemui Joko Pekik dan dengan berurai air mata menyampaikan rasa sedih yang mendalam.

"Saya sudah berusaha mendidik dan membina anak-anak sejak mereka masih kecil, tapi mengapa kami dikecewakan seperti ini, kata Ayu yang juga ibu kandung petenis mejal Gilang Maulana itu.(A032)
(T.a032/Z002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011