Sumatera Selatan (ANTARA) - Badan Metorologi, Klimatologi dan Geofisika Provinsi Sumatera Selatan (BMKG Sumsel) memperkirakan puncak musim kemarau di daerah ini berlangsung pada bulan Juli dan September tahun 2022.

“Sumsel akan memasuki awal musim kemarau pada Mei dasarian 3 hingga Juni dasarian 2, dan puncaknya pada bulan Juli dan September 2022 nanti,” kata Kepala BMKG Sumsel Desindra di Palembang, Selasa.

Menurutnya, atas kondisi musim kemarau yang masih akan berlangsung hingga tiga bulan ke depan itu maka, kewaspadaan untuk memitigasi potensi kebakaran hutan dan lahan (Karhutlah) perlu ditingkatkan.

“Seperti dengan menerapkan program Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC),” kata dia. Program TMC itu efektif sebab berdasarkan pemantauan dari stasiun klimatologi menunjukkan adanya korelasi tinggi curah hujan kurang dari 50 mm, kemudian pada kondisi secara global juga terpantau La Nina masih aktif.

“Masih aktifnya La Nina menyebabkan peningkatan curah hujan dan suhu muka laut equator bagian tengah masih dingin sehingga hal ini dapat menguntungkan operasi TMC karena bahan baku pembentukan awan masih akan ada,” ujarnya.

Baca juga: Kabupaten OKU Sumsel tetapkan status siaga karhutla

Semai garam di udara

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sudah mulai melakukan program TMC dengan menyemai sebanyak 800 kilogram garam di udara untuk wilayah Provinsi Sumsel termasuk Provinsi Jambi.

Koordinator Lapangan TMC BRIN wilayah Sumsel-Jambi Tukiyat mengatakan, program TMC ini berlangsung hingga 15 hari ke depan sebagai upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Ia menjelaskan garam itu diangkut menggunakan pesawat Cassa bekerjasama dengan TNI AU, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat untuk disemaikan ke udara dalam TMC pencegahan karhutla 2022 ini.

Sebelum penyemaian tersebut dilakukan petugas tim TMC terlebih dahulu memantau cuaca melalui radar Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk mengamati potensi keberadaan awan hujan atau cumulonimbus.

Pada prosesnya garam disemai pada awan hujan yang berada di ketinggian sekitar 13 ribu kaki di udara.

Dari penyemaian itu diharapkan awan hujan dapat menggumpal dan membesar bergabung dengan awan lain hingga menurunkan hujan yang membasahi lahan-lahan gambut dan hutan.

“Berdasarkan hasil survei sejak 10 tahun terakhir program TMC ini mampu menambah intensitas hujan sekitar 15 persen hingga 35 persen dari normal,” kata dia.

Baca juga: Sumsel susun rencana perlindungan jaga 1,4 juta hektare lahan gambut

Curah hujan meningkat

Balai Pengendalian Perubahan Iklim Kebakaran Hutan Kementerian Lingkungan Hidup (BPPIKHL) wilayah Sumatera mendorong kolaborasi bersama BRIN, TNI, dan mitra lain untuk dapat mensukseskan program TMC yang bakal berlangsung selama 15 hari ke depan di Sumsel dan Jambi pada Mei 2022 ini.

Program TMC tersebut dinilai sukses menghasilkan peningkatan curah hujan hingga 15 persen sebagai upaya pencegahan karhutla seperti yang dilakukan lebih dulu di Riau pada April 2022.
 
Ilustrasi - Petugas dari Manggala Agni Daops Banyuasin berusaha memadamkan kebakaran lahan di Desa Rawa Jaya, Pemulutan, Ogan Ilir (OI), Sumatera Selatan, Rabu (11/8/2021). Petugas gabungan dari Manggala Agni Daops Banyuasin dan TNI masih berupaya memadamkan kebakaran dilokasi tersebut.ANTARA FOTO/Nova Wahyudi 



Berdasarkan data BPPIKHL wilayah Sumatera, melaporkan luas kebakaran hutan dan lahan di Sumsel meningkat di tahun 2022 ini, dari 16 hektar periode Januari-April 2021 menjadi 240 hektar pada periode yang sama di tahun 2022.

Luas karhutla yang terjadi di Sumsel itu tersebar di tiga kabupaten, masing-masing seluas 83 hektar di Musi Rawas Utara, 83 hektare di Ogan Komering Ulu, dan selebihnya beberapa titik di Penukal Abab Lematang Ilir (PALI).

Kepala Pelaksana BPBD Sumsel Iriansyah menyatakan program TMC sangat dibutuhkan untuk membasahi lahan gambut yang sangat luas di daerah ini, hampir 25-35 persen dari total luas wilayah Sumsel mencapai 9 juta hektar.

“Melalui TMC itu diharapkan potensi kebakaran seiring memasuki musik kemarau bisa di minimalisir,” kata dia.

Pihaknya mencatat pada Mei 2022 sudah ada 316 titik panas, jumlah itu memperlihatkan peningkatan sebab di bulan yang sama tahun kemarin terpantau sebanyak 139 titik panas di beberapa kawasan rawan karhutla.

BPBD Sumsel memetakan kawasan rawan karhutla itu tersebar di tujuh Kabupaten, masing-masing Ogan Komering Ilir, Musi Banyuasin, Banyuasin, Muara Enim, PALI, Ogan Komering Ulu Selatan, dan Lahat.

“Maka selain TMC, kami pun sudah menyiagakan semua personel termasuk peralatan pemadaman darat untuk mengoptimalkan upaya mitigasi Karhutlah tahun ini di setiap daerah,” kata dia.

Baca juga: Menjaga kelestarian Lanskap Sembilang Dangku

Karhutla di Singkawang

Sementara di Kota Singkawang, Kepala Manggala Agni Kalimantan IX, Yuyu Wahyudin mengatakan cuaca panas mengakibatkan lahan seluas 3,5 hektar di Kelurahan Sedau, Kecamatan Singkawang Selatan, terbakar.

"Kebakaran lahan di Kelurahan Sedau sudah terjadi sejak Senin (23/5) hingga sekarang. Bahkan, hari ini (Selasa, red) juga terjadi kebakaran lahan di Kelurahan Bukit Batu, Kecamatan Singkawang Tengah," kata Yuyu Wahyudin, Selasa.

Menurutnya, lahan yang terbakar milik masyarakat dan penyebab kebakaran masih belum diketahui.

"Luas lahan yang terbakar sekitar 3,5 hektar, namun lahan yang sudah berhasil dipadamkan baru seluas 0,3 hektar. Sehingga pada hari Selasa masih terus dilakukan pemadaman," tuturnya.

Dalam melakukan pemadaman, Manggala Agni dibantu anggota Polsek Singkawang Selatan.

Tim memadamkan dengan menggunakan mesin pompa Max3 dengan pola dua, dikarenakan api lahan yang terbakar terhitung luas dan sumber air yang tersedia sangat minim.

Pada saat ini, kondisi lahan yang terbakar masih ada di beberapa titik api yang besar sehingga usai melakukan pemadaman, tim harus melakukan pengecekan kondisi anggota dan sarana prasarana pemadaman dengan lengkap.

Kemudian tim melaporkan hasil kegiatan pemadaman ke Kantor Manggala Agni Kalimantan IX/Singkawang. Selanjutnya tim akan melakukan pemadaman lanjutan besok hari pada titik api selanjutnya.*
 

Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022