Jakarta (ANTARA) - Dr. Nurhayat Usman, SpB-KBD, FINACS dari Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Digestif Indonesia mengatakan bahwa pemenuhan nutrisi sangat penting untuk mencegah risiko komplikasi akibat malnutrisi, terutama pada pasien rawat inap di rumah sakit.

Menurut dia, komplikasi terkait malnutrisi dapat meningkatkan durasi rawat inap dan frekuensi pasien untuk perlu dirawat kembali di rumah sakit, bahkan bisa menyebabkan risiko kematian.

"Dukungan nutrisi sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi dan pemulihan kesehatan secara menyeluruh dari pasien," ujar dr. Nurhayat dalam webinar Fresenius Kabi pada Selasa.

Malnutrisi adalah kondisi yang merujuk pada kekurangan gizi seperti protein, karbohidrat, mineral atau zat mikronutrisi. Malnutrisi disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya kondisi medis pada pasien.

Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien yang mengalami malnutrisi termasuk infeksi, ulkus dekubitus, patah tulang, serta komplikasi paru, ginjal dan hati.

Malnutrisi sendiri merupakan hal yang sering terjadi pada pasien rawat inap di rumah sakit. Selain itu, malnutrisi juga meningkatkan kebutuhan biaya yang lebih tinggi terutama untuk membiayai rawat inap yang lebih lama dan kebutuhan obat-obatan yang lebih banyak.

Kejadian malnutrisi masih banyak terjadi di berbagai negara seperti pada banyak rumah sakit di Asia. Kondisi ini didapat dari hasil riset yang dilakukan di Asia yang didukung oleh Fresenius Kabi Deutschland GmbH, Jerman.

Berdasarkan penelitian mengenai malnutrisi pada pasien rawat inap yang dilakukan di tujuh negara, Indonesia, Korea Selatan, India, Taiwan, Vietnam, Filipina dan Thailand, menunjukkan bahwa di Indonesia risiko malnutrisi sedang hingga tinggi terjadi pada 76 persen pasien.

Ini berarti tiga dari empat pasien bedah berpotensi akan mengalami malnutrisi dalam kondisi sedang hingga tinggi. Penelitian tersebut menegaskan bahwa perbaikan nutrisi pada pasien perlu menjadi perhatian.

dr. Nurhayat menjelaskan, untuk memulihkan kondisi malnutrisi, pasien rawat inap bisa diberikan makanan atau minuman, nutrisi enteral dan nutrisi parenteral.

"Pasien yang tidak bisa menerima makanan dan minuman, bisa menerima nutrisi berupa enteral dan parenteral. Nutrisi enteral bisa diberikan secara langsung lewat mulut maupun lewat NGT. Nutrisi parenteral diberikan melalui infus," katanya.

Baca juga: UNICEF peringatkan 'bencana' malnutrisi anak akibat harga naik, perang

Baca juga: BKKBN: Besarnya populasi pengaruhi tingginya jumlah anak yang stunting

Baca juga: Seharusnya tak ada gizi buruk di negara kaya pangan

Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022