Jakarta (ANTARA News) - Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar mengatakan, wisatawan yang mengunjungi kawasan wisata Raja Ampat di Papua Barat, tidak boleh massal.

"Wisatawan yang datang ke Raja Ampat sudah mulai banyak jadi harus mulai diatur dan tidak boleh bersifat massal," kata Sapta di Jakarta, Jumat.

Meski wisata bahari Raja Ampat sudah terkenal sampai mancanegara, kelestarian kawasan Raja Ampat harus dijaga, kata Sapta lagi.

"Kita akan tata, itu hal yang sangat bisa dilakukan, salah satunya pemesanan tempat melalui sistem online," katanya.

Sapta mengatakan sistem antrean online bagi calon pengunjung kawasan wisata telah dilakukan banyak destinasi wisata dunia seperti Museum Al-Hambra di Spanyol.

"Raja Ampat itu terlalu sayang kalau harus rusak sebab semakin banyak wisatawan yang datang juga berpotensi merusak kawasan, jadi harus benar-benar dijaga dengan baik," katanya.

Ahli karang Australia, Dr. John Vernon, mengungkapkan Kepulauan Raja Ampat yang berada 50 mil barat laut Sorong adalah kawasan karang terbaik di Indonesia di mana sedikitnya 450 karang hidup di sana.

Lebih dari 540 jenis karang keras, lebih dari 1.000 jenis ikan karang, dan 700 jenis moluska hidup di kawasan itu. Raja Ampat menjadi habitat bagi sekitar 75 persen spesies karang dunia.

Bahkan Selat Waigeo dan Batanta, Kepulauan Kofiau, Kepulauan Misool Timur Selatan, dan Kepulauan Wayag adalah kawasan terumbu karang sangat menarik dengan tutupan karang hidup mencapai 90 persen.

Raja Ampat juga menjadi salah satu dari 10 diving site terbaik di dunia.(*)

H016/S006

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011