Sanaa (ANTARA News) - Loyalis Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh hari Jumat menyerang demonstran yang berkumpul di sebelah selatan ibu kota negara itu, Sanaa, untuk menuntut pemimpin tersebut diadili, kata penyelenggara protes kepada AFP.

Sementara itu di provinsi Abyan, Yaman selatan, tujuh prajurit tewas Kamis larut malam di dekat Zinjibar dalam serangan oleh tersangka gerilyawan Al-Qaida, kata satu sumber militer, dengan menambahkan bahwa tiga militan juga tewas dalam bentrokan yang terjadi kemudian.

Loyalis Saleh, yang beberapa diantaranya bersenjata, menyerang kelompok 2.000 demonstran di Hizyaz, sebuah daerah pinggiran sebelah selatan Sanaa, sebelum mereka bergabung dengan pawai menuju ibu kota, kata Mondher al-Asbahi.

"Puluhan demonstran cedera, diserang dengan batu, dan satu orang terkena peluru," kata Asbahi, seorang anggota kelompok pemuda Taez yang menyelenggarakan pawai itu.

Pawai "Gerakan Kehidupan", yang diluncurkan di kota Taez, Yaman baratdaya, diikuti puluhan ribu orang di jalan sepanjang 270 kilometer menuju Sanaa.

Pawai tersebut diperkirakan mencapai Sanaa pada Sabtu, kata Asbahi.

Ia menambahkan, pendukung Saleh mulai berkumpul 30 kilometer sebelah selatan Sanaa dalam upaya menghalangi pawai itu.

Demonstrasi tersebut diharapkan bisa menekan pemerintah baru Yaman agar mengadili Saleh dan kroni-kroninya karena menumpas protes oposisi yang menewaskan ratusan orang sejak Januari.

Di tempat lain, 10 orang tewas dalam bentrokan pada malam keenam antara militan dan pasukan Yaman yang berusaha menguasai lagi Zinjibar, ibu kota provinsi Abyan.

"Sebuah kendaraan militer diserang anggota-anggota Al-Qaida di sebelah timur Zinjibar dan tujuh prajurit tewas," kata satu sumber militer.

"Tiga ekstrimis tewas" dalam bentrokan yang terjadi kemudian, tambah sumber itu.

Sejak protes anti-pemerintah meletus di Yaman pada akhir Januari, militan memanfaatkan melemahnya kekuasaan pusat dengan membangun pangkalan di sejumlah provinsi selatan.

Pasukan keamanan Yaman selama beberapa bulan memerangi kelompok orang bersenjata yang dituduh sebagai anggota Al-Qaida di Abyan, Yaman selatan, khususnya di ibu kota provinsi itu, Zinjibar, yang sebagian besar dikuasai oleh militan sejak Mei.

Kekerasan menewaskan ratusan prajurit sejak militan bersenjata yang menamakan diri "Pengikut Sharia" menguasai sebagian besar Zinjibar, ibu kota provinsi Abyan, pada 29 Mei.

Para pejabat keamanan mengatakan bahwa militan itu adalah Al-Qaida, namun oposisi politik menuduh pemerintah Presiden Ali Abdullah Saleh mengada-ada tentang ancaman jihad dengan tujuan menangkal tekanan Barat terhadap kekuasaannya yang telah berlangsung 33 tahun.

Pertempuran di Abyan itu berlangsung ketika protes massal yang menuntut pengunduran diri Presiden Ali Abdullah Saleh memasuki bulan kedua-belas, yang melumpuhkan sejumlah kota dan mendorong negara itu ke dalam ketidakpastian politik.

Saleh, yang berada di sebuah rumah sakit di Arab Saudi sejak Juni setelah ia cedera dalam serangan bom terhadap istananya di Sanaa, kembali ke Yaman pada 23 September dengan menjanjikan perdamaian.

Demonstrasi di Yaman sejak akhir Januari yang menuntut pengunduran diri Saleh telah menewaskan ratusan orang.

Dengan jumlah kematian yang terus meningkat, Saleh, sekutu lama Washington dalam perang melawan Al-Qaida, kehilangan dukungan AS.

Pemerintah AS mengambil bagian dalam upaya-upaya untuk merundingkan pengunduran diri Saleh dan penyerahan kekuasaan sementara, menurut sebuah laporan di New York Times.

Para pejabat AS menganggap posisi Saleh tidak bisa lagi dipertahankan karena protes yang meluas dan ia harus meninggalkan kursi presiden, kata laporan itu.

Meski demikian, Washington memperingatkan bahwa jatuhnya Saleh selaku sekutu utama AS dalam perang melawan Al-Qaida akan menimbulkan "ancaman nyata" bagi AS.

Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al-Qaida di Semenanjung Arab (AQAP).

Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaida memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011