Dompu, NTB (ANTARA News) - Pascainsiden berdarah di Pelabuhan Sape, Bima, Nusa Tenggara Barat, warga di lima desa di daerah itu masih memblokir jalan menuju Kecamatan Lambu.

Mereka memblokir jalan menggunakan kayu, batu, dan pos ronda, sebagai bentuk protes atas tragedi yang menelan korban jiwa, Sabtu (24/12) lalu.

Pemblokiran menyebabkan aktivitas perekonomian di Desa Soro, Melayu, Rato, Sumi, dan Lambu, lumpuh.

Wartawan Antara yang berhasil menembus blokade jalan hingga perbatasan Desa Soro dengan Desa Sumi, diminta kembali oleh warga.

Junaidin (60), tokoh masyarakat Desa Rato, Kecamatan Lambu, meminta wartawan untuk membatalkan niatnnya memasuki Desa Sumi karena emosi warga belum stabil.

"Lebih baik kembali dulu jangan dipaksakan untuk masuk, sebab kami tidak berani menjamin keselamatannya jika terjadi apa-apa," katanya.

Saat wartawan memberi penjelasan tujuan memasuki Desa Sumi untuk mencari fakta pemberitaan, Junaidi menyanggupi untuk memfasilitasi agar wartawan bisa masuk.

Namun tidak untuk saat ini karena ia dan beberapa tokoh masyarakat Desa Rato, Sumi, dan Lambu sedang akan bertemu untuk membicarakan hal tersebut.

Sementar korban tewas dalam aksi bentrokan tersebut, telah dimakamkan Minggu (25/12) malam. Pemakanan dilakukan setelah proses otopsi di RSUD Bima selesai.

Pemakaman diirngi isak tangis keluarga dan warga Desa Sumi. Warga menganggap kedua korban tewas sebagai pahlawan penolakan tambang di Kecamatan Lambu.

(ANTARA)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011