Wonosobo (ANTARA News) - Sebanyak 27 desa dengan luas sekitar 5.700 hektare yang tersebar di empat kecamatan di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, rawan terjadi tanah longsor karena berada di kawasan perbukitan dengan lingkungan yang rusak.

Bupati Wonosobo, A Kholiq Arif di Wonosobo, Selasa menyebutkan, daerah rawan tanah longsor tersebut terdapat di Kecamatan Kejajar, Mojotengah, Watumalang, dan Garung.

Ia mencontohkan, salah satu desa rawan longsor tersebut, yakni Desa Tieng yang pada 18 Desember lalu terjadi longsor dan banjir yang merenggut 11 korban meninggal.

"Kawasan di bawah bukit Pakuwojo tersebut mengalami distorsi ekosistem yang luar biasa," katanya.

Ia mengatakan, untuk menangani kawasan Dieng tersebut dibentuk tim pemulihan Dieng.

Ia menuturkan, tim tersebut telah mengeluarkan rekomendasi, antara lain "road map" soal kebijakan tata ruang dan demografi, sudah direkomendasi untuk pemindahan penduduk dengan berbagai konsekuensi. Selain itu ada mitigasi bencana berbasis masyarakat dan pemberian insentif bagi pelaku konservasi.

Selain itu, rekayasa demografi melalui upaya peningkatan kapasitas masyarakat terutama keterampilan di luar sektor pertanian (berbasis lahan). Menurunkan pertumbuhan penduduk agar sesuai daya dukung kawasan.

Menurut dia, karena relokasi atau "bedol" desa sulit dilakukan, maka yang bisa dikerjakan adalah adaptasi dan mitigasi bencana berbasis masyarakat, tetapi hal ini juga rentan apabila terjadi longsor yang mendadak.

"Selain itu, pemberian insentif bagi pelaku konservasi tetap menjadi pilihan," katanya.

Ia mengatakan, masyarakat di kawasan Dieng tidak bisa untuk berfokus pada budidaya tanaman kentang saja. Mereka harus ingat kerusakan lingkungan yang terjadi.

"Kami serahkan kepada sesepuh atau tokoh masyarakat setempat, apakah memilih hidup dalam keadaan terancam atau bersama pemerintah mengelola konsep rekomendasi tim pemulihan Dieng tersebut," katanya.

(U.H018/M026)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011