Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) DPR RI, Muhammad Arwani Thomafi, meminta intelijen, baik dari Polri, TNI, maupun BIN, bekerja lebih keras dalam melakukan deteksi awal untuk mencegah terulangnya aksi kekerasan di berbagai daerah di Indonesia.

"Hal ini perlu dilakukan karena memasuki tahun 2012 aksi kekerasan belum juga reda," kata Arwani kepada ANTARA News, Jakarta, Senin.

Ia menyebutkan kasus penembakan 10 karyawan di Bireun NAD membuktikan kalau keamanan masih menjadi barang 'langka' di negeri ini, sekaligus semakin menambah panjang daftar 'lemah'-nya polisi menjadi pelindung masyarakat.

Selain itu, Arwani juga mendesak Polri untuk mengusut tuntas motif penembakan di Aceh, apakah terkait dengan pemilukada yang sebentar lagi digelar, jaringan teroris, atau kriminalitas biasa. Sebab, jika melihat senjata jenis AK yang digunakan, dia menduga bahwa pelaku sepertinya sudah sangat terlatih dan bukan kriminalitas biasa.

"Ini menjadi tantangan bagi aparat untuk menciptakan rasa aman bagi warga di mana pun, bukan hanya di Aceh," katanya.

Panglima Kodam Iskandar Muda (IM) Mayjen TNI Adi Mulyono menegaskan bahwa aksi penembakan yang menewaskan warga Aceh pada malam Tahun Baru 2012 tidak terkait dengan unsur politik pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah (pemilukada) setempat.

"Saya tegaskan aksi penembakan yang terjadi selama ini sama sekali tidak mengarah untuk menganggu berlangsungnya pemilukada di Aceh," kata Adi Mulyono.

Pernyataan tersebut disampaikan menanggapi aksi penembakan terhadap warga sipil di tiga lokasi berbeda yang menyebabkan empat pekerja dan seorang penikmat kopi tewas, sementara delapan warga lain menderita luka berat.

Pangdam Adi Mulyono mengatakan bahwa aksi tersebut diduga kuat dilakukan oleh oknum kelompok tertentu yang hanya memiliki kepentingan pribadi dan tidak ada kaitannya mengarah pada mengacaukan suasana pemilukada damai Aceh.

Pangdam mengakui masih ada peredaran senjata ilegal di tangan orang yang tidak benar di wilayah Aceh meskipun 227 pucuk senjata api ilegal terhitung satu tahun kepemimpinannya sudah berhasil diamankan.

"Menyangkut suasana pemilukada sampai hari ini saya pikir masih kondusif berjalan sebagaimana sudah ditetapkan. Dan, yang melakukan aksi brutal penembakan itu memiliki kepentingan lain," kata Pangdam menegaskan.

Aparat kepolisian dibantu pihak TNI terus memburu pelaku kejahatan tersebut sampai ditemukan karena diyakini kepolisian sudah mengidentifikasi para pelaku penembak brutal itu.

Lebih lanjut dikatakan, selama ini belum ada satu pun pihak melapor ataupun mengaku terancam karena maju sebagai kandidat calon pemimpin daerah pada pemilukada Aceh.

Kendati demikian, jajaran TNI berharap kelompok apa pun itu yang masih memegang senjata api ilegal segera menyerahkannya kepada aparat berwajib.

"Keberadaan senjata ilegal itu masih ada di tangan orang yang tidak benar. Oleh karena itu, kami mengimbau untuk segera menyerahkannya agar kondisi wilayah Aceh ini tetap terjaga keamanannya," pungkasnya. (zul)

Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2012