Perluasan tekanan inflasi yang benar-benar tentang pangan dan energi ini bukan hanya cerita Eropa, itu akan menjadi cerita global
Singapura/Hong Kong (ANTARA) - Saham-saham Asia menghapus kerugian awal pada perdagangan Selasa sore, karena tanda-tanda bahwa rasa sakit ekonomi China mungkin secara bertahap mereda di tengah pelonggaran pembatasan COVID-19 membayangi kekhawatiran investor yang lebih luas tentang guncangan inflasi global.

Juga mengangkat sentimen di kawasan Asia adalah rincian dukungan kebijakan baru Beijing, yang mencakup pemberian uang tunai untuk mempekerjakan lulusan baru dan dukungan untuk perusahaan-perusahaan internet yang mencatatkan sahamnya di luar negeri.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang bertambah 0,7 persen, membalikkan kerugian dari awal sesi dan dipimpin oleh kenaikan di China dan Hong Kong.

Namun demikian, di luar China, pasar tampak beragam di tengah kekhawatiran terus-menerus tentang inflasi global. Nikkei Jepang berakhir turun 0,33 persen. S&P 500 berjangka naik 0,20 persen, FTSE berjangka tidak berubah dan Euro STOXX 50 berjangka turun 0,20 persen.

"Perluasan tekanan inflasi yang benar-benar tentang pangan dan energi ini bukan hanya cerita Eropa, itu akan menjadi cerita global," kata Rodrigo Catril, analis mata uang senior di National Australia Bank di Sydney.

Sementara itu, obligasi pemerintah AS merosot saat kembali dari liburan AS Senin (30/5), mengirimkan imbal hasil obligasi 10-tahun naik hampir 10 basis poin (bps) menjadi 2,8404 persen.

Imbal hasil obligasi Jerman juga naik setelah harga-harga konsumen di negara itu meningkat pada kecepatan tercepat mereka dalam setengah abad.

Data inflasi zona euro akan dirilis pada Selasa waktu setempat, dengan risiko naik dan kegelisahan meningkat oleh harga minyak yang mencapai tertinggi dua bulan berkat janji Eropa untuk memotong impor minyak Rusia.

Pernyataan hawkish dari Gubernur Federal Reserve AS Christopher Waller juga mengempiskan harapan bahwa The Fed mungkin berhenti sejenak setelah kenaikan suku bunga pada Juni dan Juli.

"Saya menganjurkan 50 (kenaikan basis poin) dipertimbangkan setiap pertemuan sampai kita melihat pengurangan inflasi yang substansial. Sampai kita mendapatkannya, saya tidak melihat titik untuk berhenti," kata Waller.

Dana Fed berjangka turun tajam di Asia, karena investor bersiap untuk kenaikan suku bunga tanpa henti yang akan mendorong suku bunga acuan menuju 3,0 persen pada pertengahan 2023.

Dolar naik dan terakhir menguat 0,3 persen pada 1,0751 dolar per euro, dan membeli 123,93 yen, juga naik sekitar 0,3 persen.

Dolar Selandia Baru yang sensitif terhadap perdagangan turun dari puncak tiga minggu, sementara dolar Australia mendapat dukungan dan stabil di 0,7195 dolar AS karena data domestik yang positif dan bantuan bahwa perlambatan China tampaknya mereda.

Sedikit membantu sentimen, PMI resmi China untuk Mei menunjukkan aktivitas pabrik terus menurun tetapi pada kecepatan yang lebih lambat dari pada April.

Itu, dikombinasikan dengan tanda-tanda dukungan dari pihak berwenang dan pelonggaran penguncian di Shanghai, sudah cukup untuk optimisme hati-hati untuk kembali ke pasar keuangan.

Indeks Komposit Shanghai China berakhir naik 1,19 persen, indeks Hang Seng Hong Kong ditutup menguat 1,38 persen. Yuan China stabil di 6,6640 per dolar meskipun greenback naik di tempat lain.

"Apakah Shanghai dapat memberikan pembukaan yang efektif dan berkelanjutan adalah kuncinya," kata Bruce Pang, kepala penelitian makro dan strategi di China Renaissance Securities Hong Kong.

"Kasus baru mungkin muncul (dan) mengganggu dimulainya kembali produksi ... ini akan berdampak pada sektor saham yang berbeda secara tidak merata," katanya.

Dampak regional juga sudah dalam dengan Jepang mencatat penurunan tajam dalam produksi pabrik April karena permintaan China menyusut.

Di pasar komoditas, minyak mentah berjangka Brent menyentuh level tertinggi dua bulan di 123,58 dolar AS per barel setelah Uni Eropa berjanji untuk memangkas impor minyak Rusia pada akhir tahun.

Dolar yang lebih kuat mendorong emas spot sedikit lebih rendah menjadi 1.853 dolar AS per ounce.

Bitcoin menguat semalaman, melonjak hampir 8,0 persen dan melampaui 32.000 dolar AS untuk pertama kalinya dalam tiga minggu. Bitcoin uduk tepat di bawah itu di 31.680 dolar AS di akhir perdagangan Asia.

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022