New York (ANTARA) - Harga minyak naik pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah para pemimpin Uni Eropa menyetujui larangan bertahap terhadap minyak Rusia dan ketika China mengakhiri penguncian COVID-19 di Shanghai, yang dapat meningkatkan permintaan di pasar yang sudah ketat.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus terangkat 69 sen atau 0,6 persen, menjadi menetap di 116,29 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juli bertambah 59 sen atau 0,5 persen, menjadi ditutup di 115,26 dolar AS per barel.

Harga minyak acuan telah terus menguat selama beberapa minggu karena pengiriman Rusia ditekan oleh sanksi Uni Eropa dan AS serta ketika India dan China tidak dapat membeli begitu banyak dari Rusia, pengekspor minyak mentah dan bahan bakar terbesar di dunia.

Para pemimpin Uni Eropa pada prinsipnya sepakat pada Senin (30/5/2022) untuk memotong 90 persen impor minyak dari Rusia pada akhir tahun ini, sanksi terberat blok itu sejak dimulainya invasi ke Ukraina, yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus".

"Dampak dari sanksi yang diformalkan itu signifikan," kata Bill Farren-Price, direktur Enverus di London. "Jika mereka mencapai apa yang mereka inginkan, Rusia akan kehilangan sekitar 3 juta barel (dalam ekspor harian) dan tidak semua itu dapat dialihkan, jadi itu cukup signifikan."

Sanksi pada minyak mentah akan bertahap dalam lebih dari enam bulan dan pada produk olahan selama delapan bulan. Embargo membebaskan minyak melalu pipa dari Rusia sebagai konsesi ke Hongaria dan dua negara Eropa Tengah yang terkurung daratan lainnya.

Di China, penguncian ketat COVID-19 di Shanghai berakhir pada Rabu (1/6/2022) setelah dua bulan, mendorong ekspektasi permintaan bahan bakar yang lebih kuat.

Dua sumber OPEC+ mengatakan pada Rabu (1/6/2022) bahwa anggota tidak membahas gagasan untuk menangguhkan Rusia dari kesepakatan pasokan minyak saat ini, setelah Wall Street Journal melaporkan pada Selasa (31/5/2022) bahwa langkah seperti itu sedang dipertimbangkan.

OPEC+ terdiri dari anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia. Kelompok itu dijadwalkan bertemu pada Kamis untuk menetapkan kebijakan.

Kelompok itu telah dikritik karena tidak meningkatkan produksi lebih cepat untuk menghadapi kenaikan harga bahan bakar, tetapi negara-negara Teluk mengatakan sebagian besar anggota kartel tidak memiliki kapasitas ekstra untuk meningkatkan produksi.

"Apakah Anda benar-benar berpikir (Arab Saudi) akan menaikkan satu juta barel per hari? Dan jika itu terjadi, kapasitas cadangan global akan di bawah 2 juta barel per hari," kata Phil Flynn, analis Price Futures.

Komite teknis OPEC+ pada Rabu (1/6/2022) memangkas perkiraannya untuk surplus pasar minyak 2022 sekitar 500.000 barel per hari menjadi 1,4 juta barel per hari, kata sumber.

Produksi minyak mentah AS naik pada Maret lebih dari 3,0 persen menjadi 11,65 juta barel per hari, tertinggi sejak November, Badan Informasi Energi AS mengatakan pada Selasa (31/5/2022).

Pasar turun dari level tertinggi hari ini setelah rilis laporan tidak resmi Federal Reserve tentang kondisi ekonomi di Amerika Serikat, yang melaporkan peningkatan tekanan inflasi dan permintaan yang kuat.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022