Washington, (ANTARA News) - Para penyelidik Federal telah mulai memeriksa kasus mantan kepala Dinas Rahasia AS (CIA) yang bertugas di Aljazair menyusul dugaan bahwa ia melakukan pembiusan dan pemerkosaan terhadap dua wanita. Kepala CIA di Aljazair tersebut berusia 41 tahun dan bertugas di negara itu sejak 2007. Dia diperintahkan pulang pada Oktober tahun lalu setelah dua wanita secara terpisah mengajukan tuntutan bahwa mereka diperkosa di kediaman resmi pejabat CIA itu di Aljier, ABC melaporkan. Disebutkan, kedua wanita itu menyampaikan pernyataan sumpah kepada penyidik federal dalam persiapan atas kasus kejahatan terhadap pejabat itu. Penuntut umum kemungkinan mempertimbangkan dakwaan mengenai kasus pelecehan seksual paling lambat bulan depan. "AS menganggap serius tuduhan kelakuan tidak senonoh yang melibatkan personel pejabat AS di luar negeri," kata jurubicara Departemen Luar Negeri Robert Wood dalam satu pernyataan. "Pelaku tersebut telah kembali ke Washington dan pemerintah AS sedang menyelidiki kasus tersebut," kata Wood, dan meminta media agar meminta keterangan lebih lanjut kepada Departemen Kehakiman. Seorang juru bicara CIA menolak memberikan nama pelaku, dan menolak mengkonfirmasi kepada AFP dengan alasan penyelidikan dari Departemen Kehakiman sedang berlangsung.Departemen Kehakiman dan FBI menolak mengomentari kasus tersebut. Namun, dalam satu pernyataan, Direktur CIA Urusan Publik, Mark Mansfield, mengatakan "Saya dapat memastikan kepada Anda bahwa CIA menganggap serius masalah ini, dan mengikuti perkembangan mengenai setiap tuduhan ketidak-pantasan." Munculnya tuduhan itu secara potensial dapat mempengaruhi citra AS di luar negeri pada saat ketika Presiden Barack Obama menyerukan "suatu jalan kemajuan baru berdasarkan kepentingan bersama dan saling menghormati," dengan dunia Islam. ljazair secara khusus dipandang sebagai titik panas karena keberadaan cabang Al-Qaeda Afrika Utara di sana. Ledakan bom bunuh diri pada Agustus di Issers, 60km sebelah timur Aljer, menewaskan 48 orang. "Kasus pelecehan seksual itu akan dipandang sebagai tipe kebodohan orang-orang AS," kata mantan pejabat CIA, Bob Baer, kepada ABC News. "Pertanyaan saya adalah bagaimana CIA tidak menangkap masalah ini dalam peninjauan rutin mereka tentang para pejabat CIA di luar negeri," katanya. Menurut satu dokumen keterangan di bawah sumpah di peradilan federal oleh Badan Keamanan Diplomatik Departemen Luar Negeri AS, yang salinannya dimuat di laman internet ABC News, salah seorang wanita korban mengatakan ia diperkosa oleh pejabat CIA itu pada September 2007 setelah ia diundang ke sebuah acara bersama para pegawai kedutaan AS di kediaman pejabat CIA itu. Ia mengungkapkan bahwa ketika berada di sana, ia diberikan minuman campuran cola dan whiski yang dipersiapkan untuk dia. Pada malam harinya, setelah diberi minuman oleh pejabat itu, ia tiba-tiba merasa sakit dan mual, dan pada pagi harinya ia terbangun dari tidur di rumah pejabat dengan bertelanjang setelah ia diperkosa, menurut keterangan di bawah sumpah itu. Wanita itu mengatakan ia tidak dapat mengingat kembali hubungan badan tersebut. Korban kedua menggambarkan insiden serupa yang terjadi pada Februari 2007, menurut keterangan di bawah sumpah. CNN mengatakan bahwa pil dan bukti lainnya, termasuk belasan kaset rekaman video memperlihatkan pejabat itu sedang melakukan hubungan seks dengan para wanita, beberapa di antara dalam kondisi setengah sadar, ditemukan ketika mencari bukti-bukti dakwaan di kediaman pejabat tersebut. Disebutkan, para jaksa telah memperluas penyelidikan ke Mesir karena tanggal pembuatan beberapa kaset video itu pada saat pejabat itu ditugaskan di Kairo. Keterangan di bawah sumpah mengatakan obat bius Valium dan Xanax itu digambarkan sebagai "biasa digunakan untuk perlakuan pelecehan seksual," ditemukan di kediaman pejabat itu di Aljazair. "Obat bius yang biasa dirujuk sebagai tanggal perkosaan itu sulit mendeteksi karena obat itu secara cepat mempengaruhi mentabolisme tubuh," kata mantan agen FBI Brad Garrett kepada ACN News. "Banyak kasus para wanita itu tidak merasa bahwa mereka telah diperkosa hingga hari berikutnya." Ketika diselidiki oleh para penyelidik keamanan diplomatik, pejabat pejabat mengklaim bahwa ia telah "melakukan persetubuhan atas dasar suka-sama-suka," menurut keterangan di bawah sumpah.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009