Makassar (ANTARA) - Beragam inovasi lahir guna mewujudkan imunitas secara mandiri khususnya pada kalangan lanjut usia (lansia) di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.

Inovasi tersebut digagas dari kepala daerah, Satgas COVID-19, Dinas Kesehatan, pihak fasilitas pelayanan kesehatan primer (puskesmas), Kepala Desa hingga masyarakat untuk meningkatkan cakupan vaksinasi sebagai tameng dalam upaya mencegah penularan COVID-19.

Inovasi dari berbagai kalangan khususnya pada tingkat Satgas COVID-19 Luwu tidak lepas dari tangan Kepala Polres Luwu AKBP Fajar Dani Susanto yang diberikan amanah sebagai Ketua Harian Satgas COVID-19 oleh Bupati Luwu Drs Basmin Mattayang.

AKBP Fajar Dani menjadi satu-satunya Ketua Harian Satgas COVID-19 di Sulsel dari kalangan Polri, berbeda dengan 23 kabupaten/kota lainnya yang dijabat oleh kepala daerah masing-masing.

Sejumlah inovasi kemudian lahir di tangan Kapolres Luwu yang baru menjabat pada tahun 2020 tersebut, mulai dari kompetisi antardesa terhadap cakupan vaksin tertinggi di 227 desa dan capaian injeksi vaksin COVID-19 terbanyak di puskesmas.

Pada awal giat vaksinasi, capaian vaksin per hari hanya sekitar 200-300 orang dari total 227 desa. Ini membuktikan rendahnya minat masyarakat untuk divaksin sekaligus menampakkan bahwa dalam sehari, terdapat desa yang tidak seorang pun warganya divaksin.

Satgas bersama timnya menganalisis bahwa dalam pencegahan pandemi COVID-19 melalui vaksinasi di Luwu tidak harus dilakukan pengelompokan, sebab setiap masyarakat akan kembali ke rumah dan berkumpul serta berinteraksi bersama keluarga.

Karena itu, Kepala Desa dianggap sebagai ujung tombak dalam suksesnya vaksinasi karena dinilai mengenal siapa masing-masing warga yang akan dihadapi untuk diajak melakukan suntik vaksin.

Agar semakin memacu dan memotivasi 227 kepala desa dari 22 kecamatan di Kabupaten Luwu, capaian vaksinasi dijadikan sebagai kompetisi dengan imbalan berbagai kebijakan praktis pemerintah kabupaten dalam memajukan desa yang telah berkontribusi meningkatkan cakupan vaksinasi.

Inovasi melalui kompetisi cakupan vaksinasi tertinggi dinilai telah memacu semangat para kepala desa mengedukasi dan menggaet warganya ikut divaksin.

Kompetisi ini dianggap sebagai stimulan agar bisa terus meningkatkan cakupan vaksinasi. Ia menyadari bahwa ego personal dari seorang pemimpin sebuah wilayah juga ikut bermain, maka setiap kepala desa berpacu ingin mencapai target vaksinasi.

Sebagai salah satu desa dengan penduduk terbanyak di Luwu, diakui tidak mudah mengajak warga ikut vaksin. Maka dialog terus dilakukan dengan memaksimalkan peran kerabat, khususnya bagi kelompok lansia.

Sejumlah kebijakan dalam hal administrasi juga menjadi senjata kepala desa untuk menggaet warganya.

Baca juga: Kadinkes Sulsel akui sulit memvaksinasi kelompok lansia

Bagi yang belum divaksin, maka dipastikan kesulitan mengurus kebutuhan administrasi dari kantor desa. Ini sesuai dengan arahan dari tingkat pusat dalam upaya meningkatkan capaian vaksinasi hingga ke tingkat daerah.

"Itulah inovasi, dan saya sendiri yakin tanpa kompetisi ini, pergerakan dalam menyukseskan vaksinasi tidak akan maksimal. Namun dukungan dan kerjasama tim, menjadikan kami lebih bersemangat meningkatkan cakupan," ujar Kepala Desa Lamunre Tengah, Belopa Asradi, yang masih berusia 27 tahun.

Pembentukan 15 tim mobile untuk menjangkau rumah warga dari pintu ke pintu juga dilakukan, utamanya pada sasaran lansia dan wilayah terpencil di Kabupaten Luwu.

Setiap tim terdiri dari tiga anggota Polres Luwu dan dua dari Dinas Kesehatan sebagai tenaga vaksinator (screening dan injeksi). Tim kecil ini melengkapi pelayanan vaksinasi yang juga terus gencar digelar di puskesmas serta sejumlah perkantoran.

Mereka dibentuk guna mendekatkan akses vaksinasi kepada masyarakat agar minat vaksin semakin meningkat, khususnya di kalangan lansia. Ini karena kebanyakan lansia sudah lebih banyak berada di rumah dibanding keluar.

Sebelum tim mobile menjangkau setiap wilayah, para Kapolsek dan pemerintah desa diminta untuk mengumpulkan massa dan memberi edukasi terkait pentingnya vaksinasi.

Inovasi lain oleh Satgas COVID-19 Luwu yakni memasang baliho dengan muatan mengajak masyarakat ikut vaksin di beberapa wilayah terpencil.

Jika baliho kerap mempertontonkan wajah publik figur. Satgas COVID-19 Luwu memilih memasang sejumlah foto warga yang kerap dianggap berisiko menerima vaksin.9

Hal tersebut dinilai memberi edukasi ke masyarakat bahwa vaksinasi merupakan bagian dari upaya menjaga masyarakat untuk tetap sehat di tengah krisis kesehatan dan bukan untuk mencederai kesehatan.

Alhasil, Satgas COVID-19 Luwu mengklaim capaian vaksinasi berubah drastis mencapai 3.000 lebih per hari karena giat vaksinasi yang juga dilakukan bersama 15 tim mobile yang telah dibentuk serta kerja bersama para kepala desa dan kepala puskesmas melalui kompetisi cakupan vaksinasi.

Hambatan

Sejak awal informasi terkait adanya vaksin COVID-19, edukasi telah gencar dilakukan dan mendapat respons positif masyarakat Luwu dalam memperoleh vaksin. Hanya saja, di tengah antusias itu, distribusi vaksin terbatas hingga mengalami keterlambatan.

Alasan penolakan dari masyarakat pun beragam, mulai dari segi budaya, mempertanyakan kehalalan vaksin COVID-19 dengan berbagai jenisnya, adanya pemahaman bahwa COVID-19 dan vaksin merupakan rekayasa pemerintah.

Penolakan ini kemudian direduksi dengan pendekatan persuasif melalui kepala desa dan memanfaatkan seluruh potensi kekerabatan antar masyarakat. Kepala Desa dianggap sebagai figur wakil pemerintah yang sangat pas untuk menggaet masyarakat sebab dinilai mampu mengenal karakter warganya.

Strategi lain ialah memastikan data warga yang melakukan penolakan vaksinasi, khususnya pada lansia. Selanjutnya akan diedukasi melalui keluarga dekatnya.

Beberapa kendala rendahnya cakupan vaksin pada lansia antara lain, pertama, tantangan lansia sendiri mengakses layanan yang sulit. Kedua, ada anggota keluarga lansia tidak membiarkan orang tuanya divaksin, dengan alasan orang tuanya sudah tidak keluar.

Kendala lainnya ialah karena lansia ini kadang tidak tercatat dimana alamatnya, kemudian petugas susah menjangkau itulah kendala sekarang yang dihadapi untuk cakupan vaksin lansia.

Kendala inilah yang memacu Satgas COVID-19 Luwu meningkatkan dan memperluas jangkauan melalui 15 tim vaksinator guna mendekatkan pelayanan vaksinasi ke masyarakat. Utamanya pada wilayah terpencil.

Klaim sakit

Hambatan lain dari vaksinasi lansia di Luwu, termasuk seluruh daerah di Sulawesi Selatan ialah banyaknya lansia yang ketakutan divaksin karena memiliki penyakit penyerta dan kebanyakan dari mereka mengklaim dirinya bahwa tidak bisa divaksin.

Alasan dengan klaim sakit oleh lansia memang kerap ditemui satgas COVID-19. Ini ditanggapi dengan memberi waktu bagi setiap lansia memperbaiki kondisi kesehatannya, setelah itu akan kembali disambangi untuk divaksin.

Baca juga: Menkes tegaskan vaksinasi lansia masih harus digenjot

Lansia menjadi kelompok berisiko tinggi terhadap penularan COVID-19 yang terancam keselamatannya dari angka kesakitan dan kematian yang dilaporkan.

Maka dari itu, pemerintah memang harus memastikan cakupan vaksinasi kelompok lansia mesti tuntas dibandingkan sasaran lainnya.

Keterlambatan vaksinasi lansia pada sejumlah daerah karena adanya alasan komorbid atau penyakit yang butuh pemantauan untuk pemberian vaksin, bisa saja ditunda tetapi tetap bisa diberikan sepanjang kondisinya stabil.

Resiko COVID-19 harusnya lebih dipertimbangkan daripada penyakit penyerta yang lebih bisa dikontrol, misalnya tekanan darah tinggi, diabetes, dan sebagainya. Sebab penyakit tersebut sudah ada obat hingga anjurannya.

Banyak masyarakat yang mendiagnosa diri sendiri bahwa punya komorbid sehingga enggan untuk divaksin, juga seringkali dijumpai para tenaga kesehatan di Puskesmas Luwu, salah satunya pihak Puskesmas Belopa.

Respons dan strategi yang dilakukan ialah menyediakan pemeriksaan seperti gula darah, asam urat dan kolesterol secara gratis untuk memastikan secara langsung kondisi kesehatan masyarakat.

Kerja Tim

Kerja tim dari berbagai pihak dengan beragam inovasi dari tingkat RT/RW, Pemerintah Desa/Kelurahan dan Puskesmas serta pembentukan 15 tim kecil itu kini berbuah hasil, kehadirannya yang menjangkau dari pintu ke pintu mencatatkan vaksinasi lansia di Kabupaten Luwu menjadi tertinggi dari 24 kabupaten/kota se Sulsel.

Satgas COVID-19 Luwu hingga 1 Juni 2022 mencatat, capaian vaksinasi lansia pada dosis pertama telah melebihi 100 persen tepatnya 109,49 persen atau 31.165 orang sementara dosis 2 sebanyak 74,30 persen atau 21.148 orang.

Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan menyatakan cakupan vaksinasi melebihi angka 100 persen mungkin saja terjadi.

Penentuan sasaran pada suatu kelompok populasi hanya untuk menjamin terbentuknya herd immunity (kekebalan komunal) yang secara nasional mengambil sasaran 75 persen dari total populasi.

Namun dengan pertimbangan kepadatan penduduk dan tingginya pergerakan masyarakat di Sulsel, maka ditentukan sasaran yang diambil ialah 77,9 persen dari total setiap populasi.

Oleh karena itu, jika ada wilayah yang telah lebih dari 100 persen seperti Kabupaten Luwu bisa saja terjadi. Targetnya 28.463 dan capaiannya sudah lebih dari itu.

Berdasarkan data Satgas COVID-19 Luwu hingga 6 Juni 2022, tercatat cakupan vaksinasi COVID-19 dosis 1 mencapai 100,41 persen dan dosis 2 yakni 76,15 persen atau 214.122 orang telah divaksin dari total sasaran sebanyak 281.198 orang. Sedangkan capaian vaksinasi booster atau dosis 3 yakni 8,69 persen.

Tingginya cakupan vaksinasi yang telah dicapai oleh Satgas COVID-19 Luwu tidak lantas berhenti sampai pada dosis 1. Pemerintah dan seluruh pihak terkait masih memiliki pekerjaan rumah untuk kembali menyukseskan vaksinasi 2 dan booster, khususnya bagi kelompok rentan yaitu lansia.

Selain itu, perlu dipahami bahwa pandemi COVID-19 belum berakhir dan mulai bermunculan sejumlah penyakit baru, sehingga masyarakat membutuhkan tameng dalam menghadapi krisis kesehatan yang masih terjadi hingga saat ini.

Baca juga: Mengatasi berbagai persoalan di balik tingginya cakupan vaksinasi
 

Editor: Arief Mujayatno
Copyright © ANTARA 2022