Jakarta (ANTARA News) - Mantan wakil presiden Jusuf Kalla mengkhawatirkan semakin memudarnya kepatuhan sosial dalam masyarakat.

"Permasalahan paling menonjol dewasa ini, yang paling berbahaya menurut saya hilangnya kepatuhan sosial. Kepatuhan sosial sudah rendah sekali sehingga sudah susah terkontrol, " katanya dalam acara silaturahmi tokoh nasional di Jakarta, Kamis.

Ketidakpatuhan sosial ini terlihat jelas dengan semakin seringnya berita-berita yang mengabarkan berbagai aksi kekerasan sosial, pembakaran, pendudukan dan sebagainya yang terjadi di masyarakat dilakukan secara beramai-ramai.

Menurut dia, hilangnya kepatuhan sosial ini mengkhawatirkan karena masyarakat bertindak tanpa mengindahkan hukum dan menjalankan layaknya hukum rimba.

"Ramai-ramai membunuh orang, tidak ada yang ditangkap dan tidak ada yang bersalah, polisi membakar. Dimana-mana sekarang asal ramai-ramai bertindak sepertinya tidak ada apa-apa," katanya.

Untuk itu, menurut dia dibutuhkan suatu wibawa dan ketegasan hukum, guna menghindari terjadinya masyarakat yang semakin tidak terkontrol, tidak mengindahkan hukum dan memakai hukum sendiri dalam menyelesaikan masalah.

Menurut JK, hilangnya kepatuhan sosial masyarakat karena masih banyaknya ketidakadilan dalam hukum yang dirasakan oleh masyarakat.

Bila keadilan dapat ditegakkan dan para pemimpin juga memberikan teladan, menurut JK, maka hukum dapat berwibawa dan masyarakat akan menjadikan hukum sebagai alat untuk mengatur.

Ia menambahkan, perilaku adil tersebut perlu dicontohkan oleh para pemimpin bangsa. Ia mencontohkan, saat banjir di Jakarta pada 2008, dimana hampir seluruh Jakarta tenggelam, namun Istana tidak terkena banjir karena pintu Manggarai ditutup.

Hal ini membuat kecemburuan. Namun kemudian, pemerintah membuka pintu air Manggarai sehingga Istana terkena banjir, maka masyarakat menjadi mahfum.

"Jadi, selama adil, meskipun itu tidak enak, maka rakyat dapat menerima, tidak ada ramai-ramau," katanya.

Menurut JK, ketidakpatuhan sosial dimulai dari tragedi Tanjung Priok di mana terjadi pembunuhan beramai-ramai dan pembakaran namun tidak ada yang dihukum dan dinyatakan bersalah.

"Semenjak tragedi tanjung priok saya sudah mengatakan ini sudah mulai hukum rimba, itu mulainya pergeseran pola masyarakat," katanya.

(M041)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2012