Hong Kong (ANTARA) - Saham-saham Asia jatuh pada awal perdagangan Selasa pagi, setelah Wall Street mencapai tonggak pasar bearish yang dikonfirmasi dan imbal hasil obligasi mencapai level tertinggi dua dekade di tengah kekhawatiran kenaikan suku bunga AS yang agresif akan mendorong ekonomi terbesar dunia itu ke dalam resesi.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang tergelincir 0,9 persen. Indeks S&P/ASX200 Australia merosot 5,0 persen di awal perdagangan, sementara indeks saham Nikkei Jepang merosot 1,74 persen.

Sentimen negatif di Asia mengikuti sesi suram di AS pada Senin (13/6/2022), yang membuat Goldman Sachs memperkirakan kenaikan suku bunga 75 basis poin pada pertemuan kebijakan Federal Reserve berikutnya pada Rabu (15/6/2022).

"AS akan melihat kenaikan suku bunga lebih cepat dan lebih tinggi dari yang diperkirakan Wall Street," James Rosenberg, penasihat Ord Minnett di Sydney mengatakan kepada Reuters. "Kemungkinan akan ada dampak ganda dari pemangkasan perkiraan pendapatan dan penurunan harga lebih lanjut terhadap pendapatan."

Ekspektasi untuk kenaikan suku bunga AS yang agresif meningkat setelah inflasi di tahun hingga Mei melonjak lebih tajam dari yang diperkirakan 8,6 persen.

Kekhawatiran akan suku bunga yang lebih tinggi yang mengarah ke resesi AS membuat indeks S&P 500 anjlok 3,88 persen, sementara indeks Komposit Nasdaq kehilangan 4,68 persen dan indeks Dow Jones Industrial Average turun 2,8 persen.

Indeks acuan S&P 500 sekarang turun lebih dari 20 persen dari rekor penutupan tertinggi baru-baru ini, mengkonfirmasi pasar bearish, menurut definisi yang umum digunakan.

Dalam perdagangan AS, imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun mencapai level tertinggi sejak 2011 pada Senin (13/6/2022), dan bagian penting dari kurva imbal hasil terbalik untuk pertama kalinya sejak April karena investor bersiap untuk prospek bahwa upaya membendung inflasi yang melonjak akan merusak ekonomi.

Di awal Asia, imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun naik menjadi 3,3828 persen dibandingkan dengan penutupan AS sebesar 3,371 persen pada Senin (13/6/2022).

Imbal hasil obligasi dua tahun, yang naik bersama ekspektasi pedagang terhadap suku bunga dana Fed yang lebih tinggi, menyentuh 3,4002 persen dibandingkan dengan penutupan AS sebesar 3,281 persen.

"Inflasi yang lebih tinggi, pertumbuhan yang lebih lambat, dan suku bunga yang lebih tinggi adalah kombinasi yang merusak untuk aset keuangan," tulis ahli strategi ANZ pada Selasa.

Dolar turun 0,06 persen terhadap yen menjadi 134,32 tetapi tetap mendekati level tertinggi lebih dari dua dekade di 135,17 yang dicapai pada Senin (13/6/2022).

Mata uang tunggal Eropa datar di 1,0407 dolar AS, setelah kehilangan 3,04 persen dalam sebulan, sementara indeks dolar, yang melacak greenback terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, naik di 105,19.

Bitcoin turun sekitar 4,5 persen pada Selasa pagi menjadi 21.416 dolar AS, terendah baru 18 bulan, memperpanjang penurunan 15 persen pada Senin (13/6/2022) karena pasar tersentak oleh pemberi pinjaman kripto Celsius yang menangguhkan penarikan.

Minyak mentah AS turun 0,06 persen menjadi diperdagangkan di 122,14 dolar AS per barel. Minyak mentah Brent turun 0,13 persen menjadi diperdagangkan di 122,14 dolar AS per barel.

Emas sedikit lebih rendah. Emas spot diperdagangkan pada 1.818,74 dolar AS per ounce.

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022