Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendorong penguatan protokol kesehatan selama pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) guna mencegah penyebaran COVID-19 menyusul kemunculan subvarian Omicron yakni BA.4 dan BA.5.

"Kemenkes mendorong agar PTM dilaksanakan dengan protokol kesehatan ketat," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.

Syahril menyampaikan bahwa menurut data per Selasa (14/6), diketahui bahwa dari 20 kasus subvarian baru Omicron BA.4 dan BA.5 yang terdeteksi di Indonesia, tiga pasien di antaranya merupakan anak-anak berusia lima hingga 12 tahun.

Syahril juga menambahkan gejala yang timbul pada ketiga pasien anak tersebut relatif ringan.

Baca juga: Kemenkes gandeng TNI AD deteksi penyakit menular di pintu masuk negara

Baca juga: Kemenkes buat edaran agar pemda bersiap hadapi lonjakan BA.4 dan BA.5


Terkait hal itu, Kemenkes mengingatkan kepada seluruh pihak terkait agar pemakaian masker selama pelaksanaan PTM diperketat demi menghindari risiko paparan virus.

"Anak-anak harus dilatih dan ditugasi bagaimana protokol kesehatan tetap dilakukan, memakai masker dalam kelas, begitu juga di luar kelas," katanya.

Selain itu, kata dia, anak-anak juga perlu diingatkan untuk selalu memakai masker saat berada di tengah kerumunan banyak orang.

Menurutnya, subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 jadi pengingat masih perlunya memperkuat protokol kesehatan.

"Penguatan protokol kesehatan perlu menjadi perhatian semua pihak, termasuk juga pada saat pelaksanaan PTM," katanya.

Sementara itu, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengingatkan perlunya meningkatkan cakupan vaksinasi COVID-19 hingga dosis penguat guna mengantisipasi penyebaran subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.

Ketua Kelompok Kerja Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K) menjelaskan, perlunya tetap memakai masker jika berada di dalam ruangan, kendaraan umum, di tengah kerumunan atau jika sedang merasa sakit dan tidak enak badan.

“Selain itu perlu peningkatan surveilans genomik pada pasien COVID-19 bergejala sedang, berat, kritis atau meninggal,” kata Burhan.*

Baca juga: Kemenkes lacak subvarian baru Omicron di antara pasien positif

Baca juga: Kemenkes: 20 pasien subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 sudah sembuh semua

Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022