Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menekankan agar generasi muda lebih kreatif dalam membaca peluang untuk berkompetisi di tingkat nasional maupun tingkat global di tengah tantangan digitalisasi yang terus berkembang.

"Sesudah lulus ini ada beberapa pilihan bagi wisudawan, apakah akan menjadi profesional, wirausahawan, pendidik, penulis atau apapun pilihan yang terbaik. Bagi wisudawan ini menjadi tantangan untuk lebih kreatif dan lebih cerdas untuk membaca peluang," ujar Airlangga di hadapan 1.784 wisudawan Universitas Nasional di Jakarta Convention Center (JCC), Minggu (19/6).

Ia menyampaikan agar wisudawan terus terhubung dengan universitas, karena dengan seluruh dinamika yang berubah, diperlukan belajar sepanjang masa, sehingga akan membantu para alumninya dalam berkarir di masyarakat.

Baca juga: Jokowi sebut Airlangga sebagai "motor" Kartu Prakerja

Demikian pula universitas, akan sangat terbantu dengan para alumni yang sudah berhasil untuk memberikan umpan balik ilmunya kepada kampus. Jadi, siklus seperti ini membuat universitas menjadi sangat kaya akan informasi dan perubahan-perubahan yang terjadi.

"Tentu ini adalah tantangan bagi kita semua dan bagi kami di pemerintah, ini adalah bagaimana para angkatan kerja bisa difasilitasi dan para lulusan bisa beradaptasi dengan kebutuhan pasar kerja. Saya berharap akan tumbuh enterpreneur-enterpreneur baru," ucapnya.

"Pemerintah tinggal menyediakan fasilitas saja dan pemerintah menyiapkan fasilitas pembiayaan, termasuk Kredit Usaha Rakyat dan berbagai fasilitasi  lain," kata Airlangga.

Ia berharap mahasiswa yang ingin berwirausaha bisa memanfaatkan pembelajaran dan pelatihan yang dilakukan oleh pemerintah, termasuk bagi anak muda yang ingin bergerak di sektor digital.

Karena, lanjutnya, Indonesia merupakan pasar digital. Pada tahun 2020 mencapai 44 miliar dolar AS, tahun 2021 mencapai 70 miliar dolar AS dan tahun 2025 diperkirakan menembus 130 miliar dolar AS, sehingga ini yang terbesar di ASEAN.

"Jadi, kalau mau bergerak di bidang digital, biasanya untuk menjadi unicorn, harus beroperasi di Indonesia dan ini adalah pasar yang sangat besar.  Oleh karena itu,  ini adalah kesempatan bagi para alumni," ucapnya.

Baca juga: Airlangga: Kartu Prakerja program G to P paling masif di dunia

Terkait dengan transformasi digital yang merupakan salah satu tema pada presidensi G20, menurutnya, Indonesia sudah banyak melakukan hal yang lebih maju dari negara lain.

"Dari segi infrastruktur, kita sudah siap dengan 5G, kita siap dengan fiber optik antarpulau, kita punya satelit dan sekarang kita sedang bicara dengan Space X dengan Telkom untuk low earth orbit satellite, yaitu teknologi baru untuk menghubungkan pulau-pulau di Indonesia," katanya.

Salah satu bukti Indonesia lebih cepat dari negara lain dalam program transformasi digital, yaitu di sektor industri 4.0, industri kesehatan misalnya, pada saat COVID-19, yang mengunduh aplikasi telemedicine hanya 2 juta, namun di tahun 2021 mencapai 21 juta.

Baca juga: Airlangga: Standardisasi tingkatkan daya saing produk Indonesia

Baca juga: Dukungan komunitas intelektual diharapkan jadi warisan G20 Indonesia


"Di bidang digitalisasi, pada saat COVID-19 pemerintah meluncurkan program yang disebut G to P atau Goverment to People, yaitu dari pemerintah ke masyarakat ,salah satunya adalah program Kartu Prakerja yang beberapa hari lalu para alumninya diterima oleh bapak presiden," tutur Airlangga.

Ia menyampaikan program Kartu Prakerja sudah diakses oleh 115 juta orang, lebih dari 88 juta sudah bisa mengunduh dan berkualitikasi, tetapi yang diterima 12,8 juta dalam 2 tahun, dan program semacam ini tidak bisa dilakukan hanya dengan program yang non-digital.

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022