Jakarta (ANTARA) - Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Pusat Muhammadiyah menekankan pentingnya penemuan kasus tuberculosis (TB) sebagai upaya deteksi dini untuk selanjutnya dilakukan pemulihan.

"Tujuannya jelas supaya kita bisa mengobati dengan baik, sekaligus juga mengembalikan kesehatan pasien yang terkena TB ini menjadi sehat kembali," ujar Ketua MPKU PP Muhammadiyah Agus Syamsudin dalam webinar yang diikuti dari Jakarta, Senin.

Agus menegaskan pentingnya meningkatkan temuan kasus TB. Apalagi, sejak pandemi COVID-19, temuan kasus TB di Indonesia turun hingga 50 persen. Kondisi itu seperti mengembalikan Indonesia pada 10 tahun lalu.

Baca juga: Skrining TB mobile Yogyakarta berpotensi dikembangkan ke daerah lain

"Padahal, Indonesia saat ini berada di posisi ketiga setelah India dan China sebagai penyumbang pasien TB tertinggi di dunia. Oleh karena itu, meningkatkan temuan TB sudah seharusnya diupayakan," katanya.

Dalam upaya deteksi tersebut Muhammadiyah dan Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) bekerja sama membentuk program Mentari TB Recovery Plan guna mengkampanyekan kesadaran terhadap TB demi peningkatan temuan kasus.

"Setelah kesadaran masyarakat dan tenaga kesehatan secara khusus terhadap TB terpuruk akibat fokus penangan COVID-19, kini Mentari TB Recovery Plan berupaya kembali mengampanyekan kesadaran dan temuan kasus terhadap penyakit tersebut," katanya.

Sementara itu, Program Manager Mentari TB Recovery MPKU PP Muhammadiyah Aldila S. Al Arfah mengatakan berbagai regulasi dan kebijakan maupun sistem dibuat untuk mendukung kampanye maupun pelaksanaan penanganan TB di 48 rumah sakit Muhammadiyah-Aisyiyah (RSMA).

Baca juga: FKKMK UGM luncurkan "Zero Tuberculosis Yogyakarta"

"Maka yang kita lakukan pertama adalah me-recovery awareness yang turun. Kita ingin mengingatkan bahwa kematian akibat TB juga tinggi. Kemudian, tidak semua batuk demam itu COVID-19, tetapi bisa juga TB," kata dia.

Menurut dia, apabila kesadaran meningkat, maka penapisan (skrining) pun diharapkan juga jadi lebih masif. Pasalnya, penapisan merupakan pilar utama temuan kasus TB. Oleh karena itu, saat ini RSMA mengubah sistem penapisan dari pasif menjadi proaktif.

"Kita skrining dulu pasif, artinya hanya ketika ada orang batuk baru di-skrining. Atau pasien yang datang ke klinik TB DOTS baru di-skrining, itu sistem pasif dulu. Namun, sekarang sistemnya diubah, dari pasif menjadi proaktif," katanya.

Sampai saat ini, program Mentari TB Plan yang telah dilaksanakan sejak September 2021 hingga Mei 2022 telah melakukan penapisan terhadap 1.09.505 orang di 48 jaringan RSMA.

Baca juga: Batan dapat izin edar TB SCAN untuk diagnostik penyakit tuberculosis

"Dari total tersebut, 249.587 menjadi suspek TB. Kemudian, setelah pemeriksaan ditemukan 5.382 orang dengan diagnosis TB, sedangkan baru 5.112 orang yang melakukan pengobatan. Adapun sisanya masih diupayakan intervensi," katanya.

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022