Memberikan dukungan dalam bentuk reward berupa uang
Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta bersama sejumlah mitra mengoptimalkan penanganan tuberculosis dengan active case finding di masyarakat termasuk melakukan pemeriksaan kesehatan kepada kelompok masyarakat rentan, salah satunya pedagang pasar tradisional di kota tersebut.

"Selain di masyarakat, pada akhir tahun ini kami melakukan pemeriksaan kesehatan secara acak kepada pedagang pasar tradisional di Yogyakarta untuk mencari kasus tuberculosis (TB)," kata Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Lana Unwanah di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia, pemeriksaan kesehatan kepada pedagang pasar tradisional penting dilakukan karena lingkungan pasar menjadi salah satu tempat rawan terjadi transmisi penyakit.

"Pasar adalah tempat bertemunya pedagang dan konsumen dari berbagai daerah sehingga menjadikan lokasi tersebut cukup rawan terjadi penularan berbagai penyakit termasuk TB," katanya.

Baca juga: WHO dorong investasi G20 tanggulangi Tuberkulosis

Baca juga: Menkes apresiasi Yogyakarta eliminasi TB


Sebelumnya, penanganan TB dilakukan dengan cara passive case finding yaitu menangani pasien yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan dengan keluhan tertentu yang kemudian dinyatakan positif menderita TB.

Namun, metode penanganan TB kemudian dialihkan menjadi penemuan kasus secara aktif yaitu melakukan pemeriksaan kesehatan di masyarakat.

"Penemuan kasus secara aktif harus dilakukan karena TB adalah penyakit yang membutuhkan proses dan waktu berkembang yang cukup lama sehingga potensi penularan semakin luas," katanya.

Jika masyarakat memiliki kekebalan tubuh yang baik padahal sudah terpapar TB, maka bisa saja menularkan ke orang lain tanpa disadari.

Di Kota Yogyakarta, penemuan kasus secara aktif dimulai dari Kecamatan Gondomanan yang menjadi pilot project pada 2020 dan kemudian dilakukan di seluruh kecamatan pada 2021.

"Karena peralatan pemeriksaan dan tim kesehatan terbatas, maka pemeriksaan kesehatan dilakukan secara bergiliran," katanya.

Berdasarkan penghitungan epidemiologi, Kota Yogyakarta harus dapat melakukan pemeriksaan kesehatan kepada sedikitnya 1.458 orang per tahun.

Jika dari hasil pemeriksaan kesehatan hasilnya menunjukkan negatif, maka warga diminta untuk tetap menerapkan pola hidup bersih dan sehat agar tidak terpapar.

Namun jika diketahui hasil positif tetapi tidak bergejala, maka warga akan diberi obat terapi pencegahan TB (TPT) dan jika sudah bergejala maka harus diobati sesuai panduan obat yang diberikan.

Seluruh pengobatan yang diterima harus ditaati agar pasien tidak resisten terhadap obat karena akan menyebabkan pengobatan menjadi semakin sulit dan membutuhkan waktu penyembuhan lebih lama.

Dari kasus positif yang ditemukan kemudian dilakukan investigasi kontak dengan melakukan pemeriksaan terhadap kontak erat yang biasanya adalah keluarga yang tinggal dalam satu rumah.

"Pemeriksaan dilakukan kepada sekitar 20 kontak erat pasien," katanya.

Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta rutin memberikan penghargaan kepada pasien dan pendamping pasien yang berhasil menyelesaikan pengobatan TB secara tuntas.

"Karena pengobatan TB membutuhkan waktu lama dan biasanya jumlah obat cukup banyak, maka untuk menyelesaikan pengobatan membutuhkan komitmen kuat. Kami memberikan dukungan dalam bentuk reward berupa uang," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Emma Rahmi Aryani.

Total reward yang diberikan kepada pasien dan pendampingnya Rp750.000.

Baca juga: FKKMK UGM luncurkan "Zero Tuberculosis Yogyakarta"

Baca juga: Yogyakarta waspadai penularan tuberkulosis pada anak

 

Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022