Melbourne (ANTARA) - Harga minyak turun di awal perdagangan Asia pada Senin pagi, memangkas kenaikan dari sesi sebelumnya karena kekhawatiran resesi global membebani pasar bahkan ketika pasokan tetap ketat di tengah produksi OPEC yang lebih rendah, kerusuhan di Libya dan sanksi terhadap Rusia.

Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 35 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 111,28 dolar AS per barel pada pukul 00.16 GMT, setelah melonjak 2,4 persen pada Jumat (1/7/2022).

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS juga turun 32 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 108,11 dolar AS per barel, setelah terangkat 2,5 persen pada Jumat (1/7/2022).

Sementara kekhawatiran resesi telah membebani pasar selama dua minggu terakhir, kekhawatiran pasokan tetap ada, mencegah penurunan harga yang lebih curam.

"Pasar energi tetap sarat dengan risiko pasokan spesifik yang membuat posisi jual menjadi pengalaman yang menegangkan," kata analis komoditas Commonwealth Bank, Tobin Gorey.

Produksi dari 10 anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Juni turun 100.000 barel per hari (bph) menjadi 28,52 juta barel per hari ,  jauh dari peningkatan yang dijanjikan sekitar 275.000 barel per hari, sebuah survei Reuters menunjukkan.

Penurunan di Nigeria dan Libya mengimbangi kenaikan oleh Arab Saudi dan produsen besar lainnya, dan Libya menghadapi gangguan pasokan lebih lanjut karena meningkatnya kerusuhan politik.

"Ini membuat kemungkinan kelompok (OPEC) memenuhi kuota produksi yang baru ditingkatkan menjadi semakin tidak mungkin," kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan.

Ekspor Libya telah turun menjadi antara 365.000 barel per hari dan 409.000 barel per hari, turun sekitar 865.000 barel per hari dibandingkan dengan tingkat normal, National Oil Corp mengatakan pekan lalu.

Dalam pukulan lebih lanjut untuk pasokan, pemogokan yang direncanakan oleh pekerja minyak dan gas Norwegia minggu ini dapat memangkas produksi minyak dan kondensat negara itu sebesar 130.000 barel per hari.

Pedagang akan mengawasi harga resmi untuk Agustus dari eksportir minyak utama Arab Saudi untuk tanda-tanda seberapa ketat pasar, dengan para penyuling bersiap untuk kenaikan tajam lainnya mendekati level rekor yang ditetapkan pada Mei.

Sembilan sumber penyulingan yang disurvei oleh Reuters memperkirakan harga jual resmi minyak mentah Arab Light andalan Saudi bisa naik sekitar 2,40 dolar AS per barel dari bulan sebelumnya.


Baca juga: Harga minyak melonjak, dipicu ancaman produksi turun di Libya-Norwegia
Baca juga: Harga minyak turun di perdagangan Asia tertekan kekhawatiran resesi
Baca juga: Minyak turun, pasar pertimbangkan pasokan, kenaikan stok bahan bakar

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022