Jakarta (ANTARA) - Pengamat militer dan pertahanan dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, mengapresiasi kerja sama antara Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA) dalam pengembangan industri pertahanan sebagai sinyal positif.

"Kita berharap kerja sama ini menjadi awal baik bagi Indonesia dan UEA, terutama bagi Indonesia sendiri yang sedang berupaya mengembangkan industri pertahanan dan kemandirian alat utama sistem senjata (alutsista), maka kerja sama tersebut menjadi sinyal positif bagi keseriusan Indonesia untuk mencapai komitmen itu," ujar dia saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan bahwa untuk membantu dan mengembangkan industri pertahanannya, Indonesia harus terus membangun kolaborasi dengan banyak pihak, terutama terkait teknologi alutsista, target pemasaran, dan juga pengembangan sumber daya manusia.

Baca juga: RI-UEA teken kerja sama pengembangan industri pertahanan

Ada beberapa hal yang bisa dikolaborasikan, dan Indonesia sendiri bisa menawarkan banyak hal kepada UEA, yang dikenal sangat menaruh perhatian pada sistem peringatan/kewaspadaan dini dan penguasaan ruang udara secara militer.

Melalui kerja sama antara Indonesia dan UEA, maka riset, pengembangan dan produksi BUMN pertahanan akan lebih optimal. Teknologi-teknologi pertahanan yang dimiliki UEA dapat dimanfaatkan juga untuk pengembangan alutsista generasi baru yang diproduksi bersama kedua negara.

"Saya melihat kerja sama ini cerdas, karena kalau hanya melihat untuk kebutuhan dalam negeri maka harga produk pertahanan akan kecil dan tidak kompetitif. Kerja sama antara Indonesia dan UEA tersebut menjadi upaya untuk memperluas pasar bagi produk pertahanan Indonesia," kata dia.

Baca juga: Menhan ungkap ingin lanjutkan kolaborasi teknologi alutsista RI-Jepang

Dalam kesempatan terpisah, pengamat politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin, mendukung kerja sama antara Indonesia dan UEA dalam pengembangan industri pertahanan.

"Memang sejatinya industri pertahanan dalam negeri harus dibangun dan diperkuat, namun tanpa melibatkan pihak lain maka upaya tersebut akan sulit," kata dia.

Kerja sama dalam pengembangan industri pertahanan ini harus dibangun bukan hanya dengan UEA, melainkan juga dengan negara-negara lain yang memiliki kapabilitas teknologi dan produksi industri pertahanan lebih maju.

Baca juga: Menhan: Kerja sama RI-Singapura tingkatkan kualitas SDM pertahanan

Belajar dari pengalaman perang antara Rusia dan Ukraina, setiap negara termasuk Indonesia harus bersiap jika sewaktu-waktu terpaksa menghadapi perang. "Mau tidak mau, Indonesia harus membangun industri pertahanannya dengan UEA maupun negara-negara lainnya adalah sebuah keniscayaan," ujar dia.

Hal terpenting adalah bagaimana kerja sama pengembangan industri pertahanan antara Indonesia dan UEA seimbang, setara dan saling menguntungkan, terutama berkaitan dengan transfer teknologi.

Baca juga: Menhan RI sambut baik kerja sama pertahanan dengan Kroasia

Pewarta: Aji Cakti
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2022