Hong Kong (ANTARA) - Saham-saham Asia bergerak melemah di awal perdagangan Selasa, menyusul penurunan semalam di Wall Street, dan dolar AS melayang di bawah tertinggi minggu lalu, tetapi fokus utama para pedagang adalah mendekatnya pertemuan bank sentral dan tahap awal musim laporan keuangan perusahaan AS.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang, turun 0,46 persen, mundur dari kenaikan 1,8 persen hari sebelumnya, dan kembali ke level terendah dua tahun minggu lalu.

Saham teknologi Asia seperti Alibaba, Samsung dan Nintendo membantu memimpin penurunan, setelah pasar ekuitas AS ditutup lebih rendah semalam, dipengaruhi oleh laporan Apple yang berencana untuk memperlambat pertumbuhan perekrutan dan pengeluaran tahun berikutnya.

Namun, sebagai tanda pasar sedang berjuang untuk menemukan arah yang tegas, indeks S&P dan Nasdaq berjangka AS masing-masing naik sekitar 0,3 persen di awal perdagangan Asia, dan Nikkei Jepang naik 0,8 persen setelah libur pada Senin (18/7/2022).

"Ini sedikit seperti 'melukis dengan angka' saat ini, Anda memiliki gambar untuk diisi, tetapi kami belum memiliki semua warna," kata Kerry Craig, ahli strategi pasar global di JPMorgan Asset Management.

"Ada beberapa hal yang hilang (seperti) arah pasar tenaga kerja dan tingkat pengangguran di AS, dan apakah bank sentral akan mundur dan mengatakan itu puncak inflasi dan kita tidak perlu bersikap hawkish, atau kita akan menjadi sangat agresif."

Pasar memperkirakan kenaikan suku bunga 75 basis poin yang besar pada pertemuan Federal Reserve AS minggu depan, menjauh dari godaan dengan kemungkinan kenaikan 100 basis poin yang sangat besar, meskipun perkiraan pasar masih menunjukkan peluang 30 persen, menurut Alat Fedwatch CME.

Mundurnya ekspektasi kenaikan 100 basis poin akhir pekan lalu membantu saham menguat di AS pada Jumat (15/7/2022) serta Asia dan Eropa pada Senin (18/7/2022).

Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank Sentral Jepang (BOJ) keduanya akan mengelar rapat mereka pada Kamis (21/7/2022), dengan ECB secara luas diperkirakan akan mulai menaikkan suku bunga dari posisi terendah era pandemi dengan kenaikan 25 basis poin, sementara sedikit perubahan diperkirakan dari BOJ yang ultra dovish.

"Di latar belakang, kami memiliki musim laporan laba di AS dan kami memperkirakan itu menjadi sumber tekanan lain di pasar karena kami pikir panduan setahun penuh untuk sekitar 9-10 persen dari AS terlalu tinggi," kata Craig.

Goldman Sachs Group Inc memperingatkan semalam mungkin memperlambat perekrutan dan memotong biaya, karena prospek ekonomi memburuk, setelah melaporkan penurunan laba kuartalan sebesar 48 persen. Tapi, karena ini mengalahkan ekspektasi analis, sahamnya naik 2,5 persen.

Di pasar mata uang, dolar melanjutkan kemunduran lambat dari puncak dua dekade minggu lalu.

Euro berada di level 1,0143 dolar setelah pulih dari penurunan singkatnya di bawah satu dolar AS pekan lalu untuk pertama kalinya sejak 2002, dan satu dolar dibeli 138,34 yen Jepang, di bawah level tertinggi 24 tahun di 139,39 yang juga dicapai pekan lalu.

Imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10 tahun adalah 2,9781 persen, setelah berjuang sejauh bulan ini untuk menembus jauh di kedua arah dari level 3,0 persen.

Imbal hasil obligasi dua tahun berada di 3,1702 persen.

Minyak, kelas aset lain yang berjuang untuk menemukan arah yang jelas, diperdagangkan datar setelah memangkas kerugian awal, menyusul keanikan 5,0 persen semalam.

Minyak mentah Brent berada di 106,30 dolar AS per barel, dan minyak mentah AS berada di 102,58 dolar AS per barel. Minyak spot tetap lemah di 1.706 dolar AS per ounce.


Baca juga: Saham Asia naik ikuti Wall Street jelang kenaikan suku bunga ECB
Baca juga: IHSG menguat ikuti kenaikan bursa saham kawasan Asia
Baca juga: Saham Asia berakhir jatuh karena perlambatan China guncang investor

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022