Jakarta (ANTARA) - Kehadiran teknologi telekomunikasi 5G dan platform digital Over The Top (layanan media yang ditawarkan langsung kepada penonton melalui jaringan internet) diperkirakan bakal membantu mempercepat hadirnya penerapan industri 5.0 di Indonesia.

Untuk itu, pemerintah dan rakyat Indonesia dituntut harus mampu beradaptasi dengan perkembangan industri digital yang semakin canggih. Transformasi digital sudah harus hadapi, tidak ada pilihan lain selain mempersiapkan diri untuk terus menghadapi perkembangannya.

Pada revolusi industri 5.0, karakter penekanan lebih kepada peran manusia sebagai pusat peradaban yang memanfaatkan teknologi digital dalam berbagai bidang. Industri 5.0 lebih menekankan tidak hanya relasi mesin ke mesin dan efektivitas robotik, tetapi juga interaksi manusia ke mesin dan sebaliknya.

Indonesia tidak memiliki pilihan lain kecuali terus melanjutkan pembangunan infrastruktur digital, membuat kebijakan dan regulasi yang mendorong pertumbuhan industri telekomunikasi yang efisien. Selain itu, kerja sama lintas platform digital juga harus dilakukan.

Seperti industri telekomunikasi sebagai penyedia jaringan dan akses internet harus bekerja sama dengan platform Over The Top, baik yang bergerak di bidang e-commerce, platform komunikasi, streaming, video conference maupun bidang industri telekomunikasi lainnya.

Menurut Pengamat Ekonomi dari Universitas Indonesia Telisa Aulia Falianty, industri 5.0 lebih komprehensif dibandingkan dengan industri 4.0 karena ada keseimbangan antara kemajuan teknologi digital, serta kemajuan ekonomi paralel dengan penyelesaian masalah sosial.

Selain itu, pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia telah menyebabkan semua orang berpaling ke perangkat digital. Hal ini memberikan pesan khusus kepada pemangku kepentingan di Indonesia akan pentingnya penyelenggara telekomunikasi dan platform menjaga kualitas layanan.

Keharusan social distancing (jaga jarak) dan transaksi tanpa bertemu fisik akhirnya mewajibkan masyarakat belanja kuota internet lebih banyak dari sebelumnya. Hal ini tentu memiliki dampak ganda efeknya terhadap ekonomi digital.

Telisa menyampaikan transformasi Indonesia terus terjadi ke arah 4.0 dan 5.0. Namun karena ketimpangan yang tinggi dan belum terlalu meratanya pembangunan terhadap variabilitas yang tinggi, bahkan mungkin ada yang bertransformasi dengan meloncat dari 2.0 ke 4.0.

Jadi industri yang sudah mencapai 3.0 diharapkan agar bisa membantu industri lainnya yang masih berada di taraf 2.0 agar bisa ikut naik kelas ke 3.0, begitu seterusnya sampai ke industri 4.0. Walaupun Indonesia belum siap 100 persen ke 5.0, namun dengan bahu membahu dinilai bisa mempercepat kesiapan ini.
Baca juga: Kadin: SDM RI harus siap hadapi tantangan Industri 4.0 dan Society 5.0
Baca juga: BMKG siapkan teknologi deteksi sesuai revolusi industri 5.0


Milenial

Kondisi pasar di Indonesia pada masa mendatang yang akan didominasi oleh para generasi milenial tentunya memiliki sifat unik dan berbeda dengan kondisi pasar pada generasi sebelumnya.

Pola konsumsi generasi milenial yang akan menjelma menjadi konsumen utama beberapa tahun yang akan datang akan berdampak pada perubahan industri di masa depan. Salah satu ciri milenial antara lain adalah lebih menganggap penting sebuah pengalaman dan serta lebih berani dalam bereksperimen.

Selain itu, konsumen generasi ini telah terbiasa menerima teknologi sejak belia, sehingga mereka tidak keberatan jika ada proses yang diotomasi. Tetapi mereka juga dinilai mendambakan jejak pribadi desainer dan perajin, yang menghasilkan sesuatu yang istimewa dan unik.

Menurut data Badan Pusat Statistik, hasil sensus penduduk 2020 menunjukkan penduduk Indonesia didominasi Generasi Z. Total terdapat 74,93 juta atau 27,94 persen dari total penduduk Indonesia. 

Generasi Z saat ini diperkirakan berusia 8 hingga 23 tahun. Belum semua usia Generasi Z produktif, tetapi sekitar tujuh tahun lagi seluruh Generasi Z akan masuk usia produktif.

Komposisi penduduk terbesar selanjutnya berada di usia produktif, yaitu milenial sebanyak 69.38 juta atau 25,87 persen dan Generasi X 58,65 juta atau 21,88 persen. Di sinilah pemerintah harus mempersiapkan generasi yang melek akan teknologi dan mewadahinya secara merata.

Seperti data yang disampaikan Telisa, meskipun dari sisi HDI (Human Development Index) masih dapat dikatakan rendah, Indonesia sudah cukup baik dan semakin meningkat. Saat ini sudah ada fasilitas seperti dana LPDP dan semacamnya sehingga sektor pendidikan dapat lebih efektif lagi untuk meningkatkan kesiapan SDM Indonesia.

Banyak sekali konsep pembangunan ekonomi, Indonesia masih banyak juga pekerjaan rumah (PR) dalam melakukan transformasi perekonomian seperti meningkatkan nilai tambah ekonomi, serta tidak hanya tergantung pada bahan mentah.

Selain itu, perlu pula disadari mengenai kesadaran perubahan iklim, sehingga perlu menjaga keseimbangan alam dan perlunya penerapan konsep ekonomi sirkular yang tentunya selaras dengan penerapan industri 5.0.

Konsep ekonomi sirkular merupakan konsep ekonomi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, melalui pemanfaatan sumber daya, bahan baku maupun produk jadi yang bisa dipakai ulang berkelanjutan, dan menghasilkan sampah atau limbah seminimal mungkin.

Melewati berbagai tahapan tersebut tentunya juga harus dilengkapi dengan mekanisme kepemimpinan, kerangka regulasi, insentif yang tepat, serta konsistensi yang persisten.

Tidak kalah pentingnya adalah kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan agar penerapan industri 5.0 tidak hanya berhasil dijalankan oleh sebagian kelompok populasi, tetapi juga dipahami secara merata oleh berbagai kalangan di seluruh penjuru Republik Indonesia ini.

Baca juga: Erick: Industri 5.0 tekankan pentingnya SDM siap hadapi disrupsi
Baca juga: Pandemi buat pergerakan ke industri 5.0 lebih cepat


Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2022