Tokyo (ANTARA) - Pembuat kebijakan Bank Sentral Jepang (BOJ) melihat kenaikan upah sebagai kunci untuk mencapai target inflasi 2,0 persen secara berkelanjutan, risalah pertemuan Juni menunjukkan, menggarisbawahi tekad bank untuk mempertahankan suku bunga sangat rendah, meskipun ada tanda-tanda tekanan harga yang meningkat.

Beberapa di sembilan anggota dewan melihat kenaikan harga meluas dan mengarah pada perubahan persepsi publik yang telah lama dipegang bahwa inflasi dan upah tidak akan naik banyak di masa depan, menurut risalah yang dirilis pada Selasa.

Tetapi para anggota sepakat bahwa ekonomi membutuhkan dukungan moneter besar-besaran untuk mengatasi pukulan dari kenaikan harga-harga komoditas dan gangguan pasokan yang disebabkan oleh penguncian COVID-19 China.

"Dewan setuju bahwa ketidakpastian seputar ekonomi Jepang sangat tinggi," risalah menunjukkan.

"Banyak anggota berbicara tentang pentingnya kenaikan upah dari perspektif pencapaian target harga BOJ secara berkelanjutan dan stabil."

Pada pertemuan Juni, BOJ mempertahankan suku bunga sangat rendah dan berjanji untuk mempertahankan batasnya pada imbal hasil obligasi dengan pembelian tak terbatas, melawan gelombang pengetatan moneter global dalam menunjukkan tekad untuk fokus mendukung pemulihan.

"Jepang harus menciptakan ekonomi yang tangguh di mana konsumsi terus meningkat bahkan ketika perusahaan-perusahaan menaikkan harga," kata salah satu anggota dewan, dikutip dari Reuters.

"BOJ harus mempertahankan pelonggaran moneter sampai kenaikan upah menjadi tren, dan membantu Jepang mencapai target harga bank secara berkelanjutan dan stabil," kata anggota lainnya.

Harga konsumen inti Jepang naik 2,2 persen pada Juni dari setahun sebelumnya, melebihi target BOJ, sebagian besar karena melonjaknya biaya bahan bakar dan komoditas yang dipersalahkan pada perang di Ukraina.

Meningkatnya biaya hidup menyebabkan penderitaan khusus bagi rumah tangga, karena perusahaan-perusahaan tetap enggan menaikkan upah akibat ketidakpastian tentang prospek bisnis mereka.

Upah riil yang disesuaikan dengan inflasi, ukuran utama daya beli konsumen, turun 1,8 persen dari setahun sebelumnya, memperpanjang kemerosotan untuk mencatat penurunan tahun-ke-tahun terbesar dalam hampir dua tahun.

Baca juga: BOJ tahan kebijakan longgar, hindari kenaikan suku bunga jangka pendek
Baca juga: Saham Asia merosot jelang keputusan kebijakan ECB dan BOJ
Baca juga: BOJ jaga kebijakan longgar, Jepang tak terlalu terdampak inflasi dunia

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022