Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama Liga Bola Basket Indonesia (IBL) Junas Miradiaryah menyatakan pihaknya ingin lebih dulu memantapkan keberlangsungan kompetisi tingkat utama sebelum merancang liga pengembangan seperti NBA G League di Amerika Serikat dan PBA D-League di Filipina.

Negeri tetangga, Malaysia, juga tengah bersiap menyongsong musim inagurasi Malaysia D-League yang digelar serupa kompetisi bola basket kelompok usia di bawah 23 tahun (U-23). Malaysia D-League dijadwalkan mulai bergulir Sabtu (30/7).

Kabar Malaysia D-League cukup menarik perhatian masyarakat penggemar bola basket di Indonesia, sebab keberadaan Andika Saputra yang dipercaya menjadi pelatih tim asal Brunei Darussalam, Pegasus, serta keikutsertaan klub asal Indonesia, BBM CLS Knights.

Junas mengaku bahwa pihaknya tertarik dan sudah terpikirkan wacana agar IBL memiliki liga pengembangan semacam itu, tapi hal itu harus lebih didahului kemapanan untuk kompetisi utamanya.

"Kita perlu make sure dulu utamanya going proper lah. Proper dan sustain," katanya kepada Antara saat dihubungi dari Jakarta, Kamis.

Baca juga: Playoff dan final IBL 2022 digelar di Bandung

Junas mengingatkan sejak menjabat sebagai Dirut IBL, dirinya dihadapkan pada sejumlah situasi sulit termasuk pandemi COVID-19 yang mempengaruhi jadwal IBL secara langsung maupun lewat perubahan jadwal kompetisi lain yang turut berdampak terhadap IBL.

"Jadi kita musti pastikan dulu secara firm untuk yang utamanya benar jalan konsisten 2-3 tahun enggak ada perubahan signifikan, baru kita rencanakan untuk level di bawahnya," ujarnya.

Lebih lanjut, Junas juga mengaku konsep liga pengembangan dengan batasan usia tersebut memerlukan peran aktif Pengurus Pusat Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (PP Perbasi) yang biasanya menggelar kompetisi-kompetisi kelompok umur (KU).

Ia juga mengingatkan bahwa kualitas kompetisi antara IBL dan liga pengembangan tidak boleh terlalu tajam, apabila menginginkan penjenjangan kompetisi yang bermanfaat.

"Ya semisal seperti NBA, antara NBA dengan G League, kan Jordan Poole juga sempat di G League tapi di NBA bisa bicara. Karena kalau levelnya kejauhan jadi agak percuma," ujarnya.

Junas juga mengingatkan bagaimana IBL masih berusaha meningkatkan kualitas kompetisi, sesuatu yang sayangnya masih menghadapi kendala baik itu karena situasi pandemi COVID-19 maupun kepadatan jadwal turnamen internasional.

IBL 2022 telah memperlihatkan sebuah nilai tambah dengan kehadiran 16 peserta, dan Junas mengaku pertambahan peserta itu dimaksudkan untuk memperpanjang periode kompetisi sembari memperbanyak jumlah pertandingan.

"Tapi kemarin kan ada SEA Games, FIBA Asia Cup, tiba-tiba kita harus mengalah dulu sehingga jumlah gim yang kita targetkan belum tercapai," katanya.

Baca juga: Aspek teknis dorong IBL gelar playoff hingga final di Bandung

Junas mengungkapkan dengan 16 tim peserta, IBL berencana meningkatkan jumlah pertandingan musim reguler 2022 menjadi 240 gim dari 96 gim di musim 2021.

Hanya saja karena terpotong SEA Games 2021 --yang penyelenggaraannya tertunda ke Mei lalu--, lanjutan window kualifikasi Piala Dunia FIBA 2023, dan persiapan Piala FIBA Asia 2022, praktis jumlah pertandingan IBL 2022 terpangkas menjadi 176 gim di musim reguler.

Hal itu pun turut terdampak lonjakan kasus COVID-19 karena persebaran varian Omicron yang sempat membuat musim reguler IBL 2022 tertangguhkan pada awal Februari lalu.

"Enggak mudah lah memang. Tapi ini kita ingin tercapai, sekarang sudah naik dari 96 ke 176, mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa ke 240. Jumlah gim per tim tadinya cuma 16 kali di musim reguler, sekarang sudah 30 kali," katanya.

"Setelah itu semua jalan, periode panjang dan kompetisinya sudah sustain, baru lah kita mikir program-program yang istilahnya pengembangan," tutup Junas.

IBL 2022 dalam waktu dekat akan melanjutkan fase playoff hingga final yang menggunakan format best-of-three dan diselenggarakan terpusat di GOR C'Tra Arena, Bandung, jawa Barat, pada 13-30 Agustus mendatang.

Baca juga: Delapan tim bakal kembali bersaing pada playoff IBL 2022

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2022