... banyak di antara kami yang sudah sakit-sakitan. Paling tidak ada satu orang di antara veteran ini yang mewakili diundang. Kami sebagai pejuang yang sudah bertaruh nyawa hanya ingin dianggap ada dan dihargai, tidak lebih...
Bukittinggi (ANTARA) - Pejuang veteran di Bukittinggi, Sumatera Barat, merasa diabaikan sehingga berharap ada perhatian dari pemerintah daerah kepada tentara dalam usia sepuh yang sudah purna tugas itu," kata Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Bukittinggi dan Padang Panjang, Syofyan Udni.

"Kami merasa diabaikan, tidak pernah diundang ke acara peringatan kemerdekaan atau Hari Pahlawan dan semacamnya. Jangan hanya menziarahi makam pahlawan yang sudah meninggal, sedang kami yang masih hidup tidak diperhatikan," kata dia, di Bukittinggi, Sumatera Barat, Kamis.

Kurang dari dua pekan lagi Indonesia akan memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia, pada 17 Agustus 2022. Berbagai program, gelaran, dan seri kegiatan sudah disusun dan sedang dilaksanakan banyak instansi dan lembaga di Indonesia.

Baca juga: Veteran RI: Implementasi nilai-nilai Pancasila cegah korupsi

Ia mengatakan, tentara pejuang hanya pernah diundang terakhir kali di masa pemerintahan Wali Kota Bukittinggi, Jufri. Setelah masa kepemimpinan itu, menurut dia, para veteran di sana seakan tidak pernah ada di mata pemerintah.

"Semoga tahun ini berubah, banyak di antara kami yang sudah sakit-sakitan. Paling tidak ada satu orang di antara veteran ini yang mewakili diundang. Kami sebagai pejuang yang sudah bertaruh nyawa hanya ingin dianggap ada dan dihargai, tidak lebih," katanya.

Menurut dia, hal yang berbeda terjadi di Padang Panjang yang rutin mengundang veteran saat perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia. "Kami dijemput dan diantar di Padang Panjang. Saya sebagai mantan sekretaris Veteran Sumatera Barat mengimbau pemerintah di Agam dan Bukittinggi untuk dapat lebih memperhatikan sejarah," katanya.

Baca juga: Daop 7 Madiun berikan potongan tarif bagi lansia dan veteran

Ia tidak saja mengatakan kecewa dengan tidak ada undangan, tapi juga menyoroti beberapa peninggalan sejarah yang seakan dibiarkan terlantar. "Setidaknya ada lima tugu perjuangan sejarah di Agam dan Bukittinggi ini, Tugu Perang Kamang di Simpang RSAM yang diresmikan Jenderal Nasution pada 1960," katanya.

Selanjutnya ia menyebutkan, Tugu Peringatan Perang Kamang dan Manggopoh pada 1908 yang dibuat Belanda di Jalan Sudirman untuk mengingatkan banyaknya korban dari pihak penjajah.

Kemudian, Tugu Pahlawan Tak Dikenal pada 1960 yang dibuat untuk memperingati banyaknya korban dari rakyat Indonesia dan tidak pernah dikenali identitasnya.

Baca juga: Gubernur Sulsel beri tali asih veteran peringati Korban 40.000 Jiwa

Juga ada Tugu Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Manggih Gantiang pada 1949. Bukittinggi dipilih pemerintahan Soekarno-Hatta menggantikan Yogyakarta yang jatuh ke tangan Belanda mulai Desember 1948 hingga Juni 1949.

Kemudian Tugu Panorama dalam memperingati kemerdekaan serta Tugu Pakan Kamih yang menceritakan sejarah Pasukan Beruang Agam pada 1949 yang dipimpin Asrul Datuak Rangkayo Basa.

Baca juga: Peringati Hari Pahlawan, BAVETI gelar kejurnas veteran

"Semua tugu sebagai bukti sejarah perjuangan itu minim perhatian, ada yang sudah rusak, bersemak, berlumut dan lain-lain, kemana perhatiannya," kata Udni.

Ia mengakui tidak ada bantuan dan perhatian juga terhadap Kantor Sekretariat LVRI di Bukittinggi selama ini.

Ia mengatakan, dia pertama kali aktif dalam perjuangan pada 1959, pernah bergabung dengan Pembela Ganah Air dan Persatuan Purnawirawan ABRI, dan terakhir menjadi guru di SMKN 1 Bukittinggi yang pensiun pada 2005.

Baca juga: Hari Pahlawan, KAI bagi 11.000 tiket gratis buat guru, nakes, veteran

Pewarta: Miko Elfisha
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2022