London (ANTARA) - Dolar berada di bawah level tertinggi baru-baru ini pada Selasa, karena para pedagang menunggu angka inflasi AS minggu ini untuk tanda-tanda bahwa tekanan harga akhirnya mereda dan bahwa kebutuhan untuk kenaikan suku bunga AS yang agresif lebih lanjut berkurang.

Data pekerjaan AS yang kuat secara tak terduga pada Jumat (5/8/2022) telah mendorong greenback, yang membukukan persentase kenaikan harian terbesar sejak pertengahan Juni terhadap yen pada hari itu karena investor meningkatkan taruhan pada kenaikan suku bunga 75 basis poin (bps) pada September.

Tetapi mata uang AS telah mundur sejak saat itu karena fokus bergeser ke indeks harga konsumen (IHK) Juli pada Rabu (10/8/2022).

Indeks dolar, yang mengukur nilai mata uang AS terhadap sekeranjang rekan-rekan lainnya, sedikit lebih rendah di 106,23. Indeks bertahan di bawah puncak lebih dari satu minggu yang dicapai pada Jumat (5/8/2022) di 106,93.

Sterling sedikit berubah di sekitar 1,2055 dolar dan euro menguat 0,2 persen pada 1,0213 dolar. Dolar juga datar di sekitar 134,90 yen.

"Saya sedikit khawatir tentang inflasi besok. Pasar telah salah langkah sepanjang tahun dan jika kita mendapatkan angka inflasi inti yang kuat yang akan memakukan ekspektasi untuk kenaikan suku bunga 75 basis poin pada September," kata Kenneth Broux, ahli strategi mata uang di Societe Generale di London.

"Terlalu dini untuk mengatakan sudah waktunya untuk menjual dolar karena The Fed mungkin harus berbuat lebih banyak."

Federal Reserve AS menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada Juni dan Juli. Pasar uang berjangka menunjukkan pedagang memperkirakan sekitar dua pertiga peluang kenaikan 75 basis poin bulan depan dan sudah mulai mendorong ekspektasi penurunan suku bunga lebih dalam ke tahun 2023.

Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan inflasi utama tahun-ke-tahun di 8,7 persen - sangat tinggi, tetapi di bawah angka 9,1 persen bulan lalu. The Fed menargetkan inflasi sebesar 2,0 persen.

Data tenaga kerja yang kuat minggu lalu memicu ekspektasi kenaikan suku bunga yang agresif, mendorong imbal hasil obligasi pemerintah AS jangka pendek lebih jauh di atas rekan-rekan jangka panjang.

Kesenjangan antara imbal hasil obligasi pemerintah dua dan 10-tahun, indikator resesi yang andal, telah tumbuh menjadi yang terbesar dalam dua dekade.

Pada Senin (8/8/2022), survei Fed New York menunjukkan ekspektasi inflasi konsumen turun tajam pada Juli, mungkin menawarkan sepotong harapan bahwa rilis IHK membawa bantuan.

"Pasar dapat dimengerti menunggu angka-angka untuk kemudian memperkirakan ulang, daripada bergerak untuk mengantisipasinya," kata Ray Attrill, kepala strategi valuta asing di National Australia Bank di Sydney.

Status safe-haven dolar, bagaimanapun, membuat reaksi greenback sedikit lebih sulit untuk diprediksi, terutama karena kekhawatiran pertumbuhan dan geopolitik berputar.

Kepercayaan konsumen turun di Australia selama sembilan bulan berturut-turut dan dolar Australia dan Selandia Baru melemah seiring perdagangan London berlangsung.

China memperpanjang latihan militer di dekat Taiwan, dan menteri luar negeri pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu mengatakan China menggunakan latihan yang diluncurkan sebagai protes terhadap kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi sebagai alasan untuk mempersiapkan invasi.

Baca juga: Dolar jatuh dari level tertinggi, investor tunggu data inflasi AS

Baca juga: Rubel Rusia menguat menuju 60 terhadap dolar, namun saham beragam

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022