Bagdad (ANTARA News) - Sedikitnya 32 orang tewas hari Kamis akibat serangan gerilyawan di Irak, termasuk 23 korban bom mobil di markas satuan anti-teror di Bagdad, yang terahir dari gelombang serangan terhadap pasukan keamanan. "Seorang pembom bunuh diri dengan mobil masuk markas besar satuan itu, yang bertugas menangani kejahatan besar," kata sumber keamanan. "Jumlah terahir korban serangan itu ialah 23 tewas, termasuk 10 polisi, dan 35 cedera, sebagian besar polisi," kata sumber itu seperti dikutip Kantor Berita AFP. Serangan itu terjadi sekitar pukul 11.00 waktu setempat (sekitar pukul 15.00 WIB) di kecamatan Wahda, Bagdad tengah. Ledakan tersebut mengguncang wilayah sekitarnya dan membentuk asap tebal ke angkasa. Polisi selamat menyatakan pembomnya masuk pelataran markas itu sebelum meledakkan dirinya. "Banyak warga melakukan pekerjaannya saat pembom bunuh diri mengendarai pikep merah itu menabrak pintu dan meledakkan mobilnya di pintu masuk markasbesar tersebut,. Banyak perempuan di antara korban," kata Abdul Munim. Serangan ganda atas kantor polisi di selatan Bagdad hari Rabu menewaskan tujuh polisi. Pada hari sebelumnya, lebih dari 100 gerilyawan menyerbu kantor polisi di timurlaut ibukota Irak itu, menewaskan 18 polisi dan melepaskan 32 tahanan. Serangan lain pada hari Kamis, tampak menyasar pasukan keamanan di kecamatan Syiah di ibukota itu, menewaskan lima warga Irak, termasuk satu polisi komando, dan mencederai 22 orang, kata sumber keamanan. "Lima orang tewas dan 10 cedera akibat ledakan di dekat Husseiniya (mesjid Syiah), yang disebut Al-Sijad, dan pasar ramai di kecamatan Al-Shorta al-Khamissa," kata sumber itu. Ia menyatakan serangan tersebut terjadi saat peronda polisi komando lewat dan menewaskan satu polisi komando dan empat lain cedera. Sedikitnya tiga polisi tewas dan lima orang cedera akibat bom mobil di utara kota itu. Polisi lain tewas dan tiga rekannya cedera akibat bom jalanan di Babylon, 60 kilometer selatan ibukota negara tersebut. Dua warga cedera akibat serangan bom mobil di tengah ibukota itu. Saksi menyatakan melihat pengemudinya keluar dari mobil itu, berjalan ke kedai kecil makanan, memesan sesuatu, mengambil alat kendali jarak jauh dari kantongnya, meledakkan bomnya dan menghilang. Irak dinilai sudah mengalami perang saudara, tapi Presiden Amerika Serikat George W Bush bersikukuh menyatakan tidak sependapat. Jajak pendapat menunjukkan bahwa rakyat Amerika Serikat semakin tidak puas dengan cara Bush menangani perang Irak, yang sudah mengorbankan jiwa 2.318 tentara negara adidaya itu. Sedikitnya, 33.000 warga Irak tewas akibat kekerasan sejak pasukan pimpinan Amerika Serikat memulai pemboman Bagdad tanggal 20 Maret 2003, kata lokamaya Badan Penghitungan Irak, yang mencari korban rakyat Irak.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006