Jakarta (ANTARA) - Ahli Gizi Kesehatan Masyarakat Prof. Dr. drg. Sandra Fikawati, MPH menyatakan momen HUT RI ke-77 adalah saat tepat untuk meningkatkan ketersediaan akses pangan lokal di daerah sebagai upaya mencegah stunting pada anak.

“Rencana percepatan penurunan stunting menjadi 14 persen di 2024 harus diupayakan untuk dapat dicapai. Stunting sangat berkaitan pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang unggul dan berkualitas, sehingga cita-cita untuk pulih dan bangkit dapat dilaksanakan lebih cepat dan lebih mantap,” kata Sandra saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.

Sandra menyatakan penggunaan pangan lokal yang bervariasi di setiap daerah, dapat sangat membantu pemerintah untuk menjalankan amanah Presiden RI Joko Widodo dalam membentuk sumber daya manusia unggul, berkualitas dan bebas stunting.

Ketersediaan akses yang dimaksud, harus mencakup mudahnya keterjangkauan masyarakat mendapatkan pangan lokal maupun penerimaan secara sosiokultural. Pangan lokal yang disediakan, disarankan untuk mengandung protein hewani seperti telur, ikan, daging dan susu karena mengandung asam amino esensial yang jauh lebih lengkap dibandingkan protein nabati.

Baca juga: Pemerintah Aceh luncurkan GISA percepat penanganan stunting,

Baca juga: BKKBN perkuat tiga metode akurasi pengukuran kasus stunting


“Protein juga terdiri dari dua jenis protein hewani dan protein nabati. Protein hewani lebih unggul, jadi harus ada jaminan masyarakat terutama anak-anak yang kurang gizi mendapatkan akses asupan protein hewani yang cukup,” ucap Sandra.

Sandra yang juga merupakan Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) itu juga menekankan selain akses pangan lokal, hal lain yang harus ditingkatkan adalah layanan preventif maupun kuratif yang dapat menjangkau sasaran masyarakat secara tepat.

Informasi terkait gizi seimbang pun, harus diterima masyarakat dengan jelas dan lengkap. Ia memberikan contoh seperti jenis makanan yang tepat untuk pertumbuhan anak dan makanan yang diperlukan oleh orang dewasa untuk pencegahan penyakit degeneratif.

“Jangan semua disamakan saja seperti konsumsi buah dan sayur, yang mana baik bagi orang dewasa tetapi kurang tepat jika dikonsumsi berlebihan oleh anak karena sifatnya yang anti nutrisi,” ujar dia.

Menurutnya, beberapa upaya tersebut dapat memulihkan dengan cepat dan membangkitkan lebih kuat sumber daya manusia di Indonesia, utamanya semenjak terjadinya pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia.

Sandra juga berpesan kepada seluruh keluarga di Indonesia agar lebih peka terhadap penyebab terjadinya stunting pada anak. Stunting tak disebabkan oleh faktor genetik, tetapi lebih dikarenakan faktor lingkungan dan kurangnya pemberian gizi pada anak.

“Pantau pertumbuhan anak, jika anak mengalami stagnansi atau bahkan penurunan berat badan harus segera menghubungi tenaga kesehatan agar stunting dapat dicegah sejak dini. Di sisi lain, pesan-pesan gizi seperti pedoman gizi harus diterapkan sebaik-baiknya,” ujar dia.*

Baca juga: BKKBN: HUT RI momentum tingkatkan kesehatan keluarga

Baca juga: PKK Bangka Barat perkuat kolaborasi turunkan stunting


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022