Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat adanya dua bencana hidrometeorologi berlawanan dalam satu waktu, merupakan bentuk nyata perubahan iklim di tingkat lokal.

Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam Disaster Briefing via daring di Jakarta, Senin, menyebutkan pada 15-24 Agustus 2022, fenomena tersebut terlihat di Provinsi Aceh.

Dari distribusi secara spasial, kejadian  kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terjadi di Aceh Pesisir Barat, namun di Aceh pesisir Timur justru terjadi banjir. Hal ini terjadi dalam satu garis lintang wilayah yang sama.

"Ini salah satu bentuk konkrit, bentuk nyata dari dampak perubahan iklim di tingkat lokal. Artinya, kita punya kebakaran hutan di sisi barat kita punya banjir di sisi Timur. Jadi ini yang perlu Kita waspadai bahwa di tingkat lokal pun kondisi bencana berbeda atau berlawanan itu mulai terjadi," kata Abdul.

Baca juga: BPBK peringatkan warga Aceh Jaya waspada banjir

Baca juga: BMKG: Pantai di Aceh Barat masih berpotensi diterjang banjir rob


Dia mengatakan dalam sepekan ini, bencana hidrometeorologi kering yakni kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mendominasi di wilayah Indonesia. Disamping itu yakni kejadian banjir, cuaca ekstrem hingga tanah longsor.

Abdul mengatakan titik-titik panas sudah berkembang cukup banyak, tetapi sejauh ini masih cukup terkendali. Meskipun sekarang Indonesia tengah dalam musim kemarau, ada pengaruh-pengaruh regional berdampak pada lokal yang tetap membawa intensitas hujan tinggi di beberapa tempat, sehingga intensitas banjir cukup dominan.

Akibat bencana tersebut, penduduk terdampak sampai 37.000 orang lebih, dan artinya warga yang terpaksa harus mengungsi cukup banyak dalam satu pekan. "Artinya, ini benar-benar mungkin banjir besar pada musim kemarau. Nah, ini yang harus kita waspadai di beberapa tempat," ujar dia.*

Baca juga: BPBA: Selama kemarau, 68 hektare lahan di Aceh terbakar

Baca juga: BMKG deteksi 14 titik panas di wilayah Aceh, waspada karhutla

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022