Atambua, NTT (ANTARA News) - Masyarakat eks pengungsi Timor Timur (Timtim) yang bermukim di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), memanggil pulang anak-anak mereka yang berada di Dili, Ibukota Timor Leste, menyusul semakin memburuknya situasi keamanan di negara tersebut. "Kami memanggil pulang anak-anak yang selama ini tinggal di Dili bersama kerabat karena situasi di negara itu semakin memburuk. Lebih baik mereka pulang daripada mengalami tindakan kekerasan akibat konflik," kata seorang eks pengungsi Timtim, Bendito de Silva di Raihat, sekitar 60 km arah utara Kota Atambua, Kamis. Dia mengatakan eks pengungsi Timtim yang saat ini bermukim di Kecamatan Raihat, wilayah perbatasan Kabupaten Belu yang berjarak sekitar 500 meter dari Sub-Distrik Balibo, Timor Leste, menerima kabar dari sanak keluarga di Dili dan Maliana bahwa situasi keamanan di Timor Leste semakin tidak kondusif. Sejak dua pekan lalu, kata dia mengutip informasi dari keluarga di Dili, terjadi perpecahan dalam tubuh Angkatan Bersenjata Timor Leste (FDTL). Pimpinan FDTL, telah memecat sedikitnya 600 anggota FDTL dan mayoritas di antaranya berasal dari sektor Barat Timor Leste yang disebut "Loromonu", seperti Distrik Bobonaro dan Covalima yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Belu. Bendito mengemukakan dua orang anaknya di Dili, yakni Agustinho dan Angela yang sejak tahun 2002 tinggal bersama kerabat di Dili juga mengirimkan surat ke Raihat bahwa masyarakat di Dili dan sekitarnya saat ini berada dalam ketakutan. Pada pekan lalu, banyak warga Dili yang terpaksa mengungsi ke wilayah perbukitan untuk menjaga kemungkinan terjadi perang saudara di Dili. "Menyadari akan situasi di Timor Leste yang semakin memanas yang dapat mengarah kepada perang saudara, maka kami memanggil pulang anak-anak. Makan atau tidak makan lebih baik kami berkumpul di dalam satu rumah daripada mereka mengalami hal-hal yang tidak diinginkan di Dili," katanya. Eks pengungsi Timtim lainnya, Fernando Pirres mengatakan salah seorang kerabatnya di Maliana, ibukota Distrik Bobonaro, mengirimkan berita bahwa situasi di Timor Leste semakin memburuk setelah ratusan anggota FDTL asal Loromonu khususnya Distrik Bobonaro dipecat. Kini, kata dia, para para prajurit yang dipecat itu sedang mengumpulkan kekuatan untuk melakukan protes terhadap pimpinan mereka. "Kerabat kami di Maliana memperkirakan akan terjadi pertikaian fisik di Timor Leste dan masyarakat sangat takut mengingat mereka yang terlibat konflik itu adalah anggota angkatan bersenjata bukan warga sipil," katanya. Pihaknya telah mengirimkan surat kepada sanak keluarga di Maliana agar waspada dan terus mengikuti perkembangan situasi keamanan terutama di Dili. Menurut dia, jika situasi keamanan semakin tidak menentu, maka tidak tertutup kemungkinan akan terjadi pengungsian gelombang ketiga setelah rakyat Timor Leste pada tahun 1975 dan 1999 mengungsi ke wilayah Timor bagian barat, NTT, akibat perang saudara. Camat Raihat, Guido Mauk, juga mengaku kalau pihaknya telah menerima laporan dari warga eks pengungsi Timtim yang di kecamatan tu bahwa banyak keluarga penghuni kamp dan pemukiman baru memanggil pulang anak-anak mereka yang saat ini berada di Dili dan Maliana. "Beberapa kepala keluarga eks pengungsi Timtim telah menyampaikan kepada kami bahwa mereka sudah mengirim surat memanggil pulang anak-anak mereka yang sejak tahun 2002 dan 2003 tinggal di Dili setelah pada tahun 1999 mengungsi ke Kabupaten Belu," katanya. Dia meminta eks pengungsi Timtim tetap tenang dan tidak panik sekaligus tidak ikut mencampuri urusan keamanan negara lain. Jika anak-anak eks warga Timtim yang bermukim di Dili ingin kembali ke Kabupaten Belu, maka mereka harus mengikuti prosedur yang benar yakni membawa paspor dan dokumen lintas batas yang sah. (*)

Copyright © ANTARA 2006