Saat ini ada perbedaan data sasaran cakupan daerah dan perkotaan masih rendah, serta tidak ada dana alokasi khusus operasional di daerah
Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono melaporkan capaian Program Bulan Imunisasi Nasional (BIAN) 2022 di Pulau Jawa-Bali secara umum telah mencapai 80 persen lebih kepesertaan hingga Agustus 2022.

"BIAN tahap 2 di Jawa Bali sudah mencapai 87,7 persen," kata dia dalam agenda Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IX yang diikuti dari YouTube di Jakarta, Selasa.

Dia mengatakan BIAN tahap 1 di luar Jawa-Bali telah mencapai 59,1 persen dan ditargetkan mencapai cakupan hingga lebih dari 60 persen di wilayah setempat pada bulan ini.

BIAN 2022 terbagi atas dua tahap pelaksanaan. Tahap 1 bergulir mulai Mei 2022 dan tahap 2 dimulai Agustus 2022 dengan sasaran imunisasi anak usia 12-59 bulan yang belum melengkapi imunisasi OPV, IPV dan DPT HB Hib.

Wilayah sasaran di antaranya Aceh, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Utara, Sumatera Barat untuk sasaran campak dan rubela pada usia sembilan bulan sampai di atas 15 tahun.

Baca juga: Delapan kabupaten di Sulsel mencapai target BIAN 2022

Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua menyasar imunisasi campak dan rubela untuk usia sembilan bulan hingga di atas 12 tahun.

DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur menyasar imunisasi campak dan rubela untuk usia 9-59 bulan.

"Bali dan DI Yogyakarta tidak melaksanakan karena ternyata cukup mencapai target walau terkendala pandemi COVID-19," katanya.

Kemenkes membagi kegiatan BIAN 2022 ke dalam empat kelompok, di antaranya imunisasi tambahan campak dan rubela, imunisasi kejar (OPV, IPV, dan DPT HB-Hib), pemberian satu dosis vaksin campak dan rubela tanpa memandang status imunisasi sebelumnya, serta pemberian satu atau lebih jenis imunisasi untuk melengkapi status imunisasi dasar maupun lanjutan.

"Kegiatan ini didasari atas rekomendasi ahli dari ITAGI, Komite Nasional Eliminasi Campak Rubela, serta Komite Ahli Difteri bahwa perlu dilaksanakan imunisasi tambahan campak dan rubela untuk mencapai eliminasi penyakit tersebut pada 2023," katanya.

Baca juga: Cakupan peserta BIAN Tahap II di Jatim lampaui target nasional

Kemenkes mencatat ada sekitar lebih dari 1,7 juta bayi di Indonesia yang belum mendapatkan imunisasi dasar selama periode 2019-2021. Dari jumlah tersebut, ada lebih dari 600 ribu atau sekitar 37,5 persen bayi berasal dari wilayah Jawa dan Bali.

"Tantangan dari program BIAN adalah karena informasinya belum sepenuhnya diketahui sebagian besar masyarakat," katanya.

Salah satu contohnya adalah kabar bohong tentang BIAN dianggap sebagai vaksin COVID-19 masih beredar di masyarakat.

Selain itu, isu kehalalan vaksin di beberapa tempat masih menjadi kendala hingga ketakutan melakukan multiple penyuntikan vaksinasi masih menjadi permasalahan dalam BIAN tahun ini.

"Saat ini ada perbedaan data sasaran cakupan daerah dan perkotaan masih rendah, serta tidak ada dana alokasi khusus operasional di daerah," katanya.

Baca juga: Dinkes; 144.415 anak di Surabaya jalani imunisasi
Baca juga: Dinkes Indramayu sudah imunisasi 98.581 anak pada BIAN 2022
Baca juga: Capaian Imunisasi Campak Rubella di Sulsel baru 74 persen

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022