Jakarta (ANTARA) - Pada momentum hari tani, 24 September 2022, sudah selayaknya seluruh elemen bangsa ini memberikan apresiasi kepada para petani Indonesia yang telah menjaga pertumbuhan ekonomi tetap positif.

Khususnya pada petani di lima provinsi penghasil beras tertinggi di Indonesia, yaitu petani di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Provinsi Sumatera Selatan.

Para petani di lima provinsi itu  telah membuktikan bahwa krisis pangan yang ditakutkan ternyata dapat dihadapi dan diatasi secara bersama-sama.

Provinsi Jawa Timur menghasilkan padi 9.908.932 ton dan beras 5.692.143 ton. Diikuti Jawa Tengah memproduksi padi 9.765.167 ton yang setara beras 5.586.621 ton.

Sementara Provinsi Jawa Barat memanen padi 9.354.369 ton setara beras 5.374.153 ton. Berikutnya Sulawesi Selatan menghasilkan padi 5.152.871 ton atau beras 2.941.673 ton. Terakhir Sumatera Selatan memproduksi padi 2.540.944 ton yang setara beras 1.451.634 ton.

Tentu keberhasilan Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat semua dapat memahami karena para petani di Pulau Jawa mendapat anugerah semburan abu dari gunung berapi, sehingga tanahnya relatif lebih subur.

Semua patut mengapresiasi lebih mendalam kepada para petani di Sulawesi Selatan dan Sumatera Selatan yang telah membuktikan bahwa teknologi dapat mengubah tanah yang relatif kurang subur menjadi lahan yang produktif untuk beras.

Tentu sukses petani bukan keberhasilan tunggal petani. Di belakang petani terdapat ekosistem yang mendukung keberhasilan mereka, mulai dari pedagang, penggilingan padi, penyuluh, peneliti, hingga birokrasi dan pimpinan daerah.

Dari kerja keras mereka saat ini rata-rata produktivitas padi nasional di Indonesia pada angka 5,4 ton per hektare. Sedangkan potensi hasil beberapa varietas padi unggul nasional telah mencapai 8-12 ton gabah kering panen (GKP) per hektare.

Masih terdapat peluang besar untuk meningkatkan hasil dengan mengisi delta antara potensi hasil dengan capaian rata-rata hasil padi nasional sekarang ini.

Sukses ala Sulsel

Mari kita tengok apa yang telah dilakukan oleh Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman, yang juga merupakan gubernur termuda di Indonesia. Ia termasuk orang yang berada di balik sukses Sulawesi Selatan mencapai produksi provinsi terbesar keempat di Indonesia.

Umurnya masih muda, baru 38 tahun. Pantas Sudirman piawai menjalin komunikasi dengan para petani milenial.

Salah satu strategi Sudirman mendongkrak produktivitas petani adalah menggunakan varietas unggul padi terbaru.

Ia mencari benih unggul nasional, tetapi mengembangkannya pada level lokal di Sulawesi Selatan.

Ia berinisiatif membuat program Mandiri Benih di Sulawesi Selatan dengan menggandeng pakar pertanian perguruan tinggi dan lembaga penelitian setempat.

Program mandiri benih mengembangkan benih varietas unggul padi hasil penelitian Badan Litbang Kementrian Pertanian.

Ia mafhum bahwa tak semua varietas padi unggul nasional dapat dikembangkan di daerah. Butuh pengujian level lanjut oleh ahli setempat, seperti dari perguruan tinggi setempat.

Pada program tersebut para pakar profesional diminta mendampingi para petani penangkar setempat yang didukung pemerintah.

Hasil benihnya dibagikan secara gratis kepada petani dengan pendampingan. Program tersebut tentu memiliki fungsi ganda, yaitu menyiapkan benih unggul (provitas tinggi dan toleran terhadap serangan hama penyakit), serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan ke petani lokal.

Dampaknya petani lokal mahir menangkarkan benih dan budidaya tanaman sendiri. Mereka tak perlu dipasok terus-menerus dari Kementerian Pertanian di Pulau Jawa.


Benih Gratis

Di kalangan petani, benih yang dibagikan ke petani secara gratis ternyata menghasilkan produktivitas tinggi, yaitu 7 - 8 ton GKP per hektare.

Tentu memang tak setinggi hasil yang diperoleh para peneliti yang mencapai 12 ton per ha. Namun, angka itu jauh lebih tinggi dibanding produktivitas padi rata rata nasional tahun 2021 yang baru mencapai 5,42 ton GKP per hektare.

Pada konteks inilah petani, penangkar, peneliti, penyuluh, dan gubernur di Sulawesi Selatan patut diacungi jempol. Peningkatan tersebut telah meningkatkan hasil dan pendapatan petani.

Pada teori pertanian memang penggunaan benih unggul merupakan pilar penentu keberhasilan sektor pertanian dan sudah dibuktikan berbagai negara.

Penggunaan benih unggul merupakan titik ungkit strategis. Ketika program mandiri benih unggul, seperti yang dilaksanakan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Gubernur Andi Sudirman Sulaiman dapat ditularkan dan dimasifkan secara nasional, bukan tidak mungkin produktivitas rata-rata nasional kita juga akan terungkit lebih tinggi.

Apalagi jika jaminan harga yang baik oleh pemerintah tetap dapat dijaga, maka cara ala Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan pasti berdampak besar terhadap peningkatan pendapatan petani.

Kemandirian padi di tingkat provinsi akan membawa keberhasilan pada level nasional yang bermuara pada terwujudnya kedaulatan pangan nasional.

Pada momentum di hari tani nasional ini, gubernur-gubernur muda, seperti Gubenur Sulsel Andi Sudirman menjadi harapan agar dapat mengungkit pertanian Indonesia. Program mandiri benih unggul, bantuan benih gratis dan pendampingan ke petani dapat membuat ekosistem pertanian Indonesia lebih baik.

Semua pun berharap, inspirasi pemimpin milenial pada petani mampu mendorong kedaulatan pangan nasional.


*) Prof. Dr. Ir. Muhammad Syakir adalah Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI)/Peneliti Senior Badan Riset dan Inovasi Nasional( BRIN).

Copyright © ANTARA 2022