Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan perahu listrik untuk menggantikan kapal bermesin motor tempel yang biasa digunakan oleh nelayan guna membantu para nelayan menghemat biaya operasional.

Dalam "Webinar Talk to Scientist: Menuju Era Futuristik dengan Riset Kendaraan Listrik" yang diikuti via daring dari Jakarta, Senin, peneliti dari Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi BRIN Cuk Supriyadi Ali Nandar mengemukakan bahwa perahu listrik bisa menjadi solusi masalah biaya operasional nelayan mengingat sekitar 60 persen dari biaya melaut digunakan untuk membeli bahan bakar.

Cuk menyampaikan bahwa perahu bermotor listrik berbasis baterai lebih efisien dan ramah lingkungan dibandingkan dengan perahu konvensional berbahan bakar minyak yang biasa digunakan oleh nelayan.

BRIN telah menguji coba pemanfaatan perahu listrik untuk transportasi antarpulau di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, serta perahu listrik untuk transportasi wisata di Kampung Karst, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan, dan daerah tujuan wisata Tani Betet di Provinsi Jawa Timur.

"Saat ini kita lebih banyak aplikasinya untuk mengenalkan ke masyarakat untuk wisata-wisata sehingga sebagai program untuk sosialisasi bahwa di perahu ini bisa juga menggunakan listrik," kata Cuk.

Cuk mengemukakan potensi besar pengembangan alat transportasi bertenaga listrik di Indonesia, yang 70 persen wilayahnya berupa lautan, 67 persen kabupaten dan kotanya berada di kawasan pesisir, 40 persen pengangkutan barangnya dilakukan lewat laut, dan sekitar 1,4 juta kepala rumah tangganya nelayan.

Ia juga mengatakan bahwa di Indonesia ada sekitar 395 ribu kapal perikanan laut dan sebanyak 231 ribu di antaranya berupa kapal bermesin motor tempel.

Baca juga:
PLN rilis perahu listrik dukung untuk ekosistem kendaraan listrik
ITS kembangkan kapal listrik

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2022