Dari sisi keterjangkauan banyak (indikator) yang sudah bagus tapi dari sisi ketersediaan baru volatility of agricultural production yang hijau.
Jakarta (ANTARA) - Badan Pangan Nasional menyampaikan bahwa keterjangkauan pangan Indonesia berada pada level hijau atau sangat baik dengan jumlah skor 81,4.

“Dari sisi keterjangkauan banyak (indikator) yang sudah bagus tapi dari sisi ketersediaan baru volatility of agricultural production yang hijau,” kata Deputi III Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Pangan Nasional Andriko Noto Susanto dalam International Conference on Indonesia and Global Affairs RPI -1st Session yang disaksikan secara daring, Kamis.

Global Food Security Index (GFSI) 2022 mencatat 3 dari 5 indikator keterjangkauan pangan Indonesia berada pada level sangat baik (skor 80-100). Secara rinci, indikator perubahan rata-rata biaya makanan berada mendapat skor 86,5, kemudian proporsi penduduk di bawah garis kemiskinan global dengan skor 80,9, serta program jaring pengaman pangan yang mendapat skor sempurna 100.

Baca juga: Badan Pangan Nasional atasi stunting daerah rawan lewat B2SA-Dashat

Sementara itu perdagangan agriculture berada pada level baik (skor 70-79,9) dengan skor 78,5 dan indeks pendapatan disesuaikan ketimpangan mendapat skor 55,1 atau berada pada level moderat (skor 55-69,9).

Beranjak pada kategori ketersediaan, GFSI memberi skor 50,9 persen atau berada pada level lemah (40-54,9). Penyebabnya, beberapa indikator seperti akses ke input pertanian, penelitian pertanian dan pengembangan kecukupan pasokan berada pada level sangat lemah (skor 0-39,9) dan indikator lain seperti Infrastruktur rantai pasokan serta ketahanan pangan, dan komitmen kebijakan akses yang berada pada level lemah.

“Dari sisi quality and safety, baru food safety kita ternyata sudah hijau tapi untuk penganekaragaman konsumsi kita masih sangat bermasalah, nutritonal standards masih bersoal dan micronutrient availability masih bersoal,” tutur Andriko.

Baca juga: FAO: Konflik dan iklim kemungkinan picu lebih banyak krisis pangan

Begitu juga untuk kategori sustainability and adoption masih perlu banyak perbaikan karena berada pada level lemah dengan skor 46,3 yang utamanya disebabkan oleh indikator air dan political commitment to adaptation yang berada di level sangat lemah.

“Ini bisa menjadi bahan-bahan pemikiran kita agar kita berkolaborasi mengatasi yang merah dan kuning agar segera menghijau tapi yang paling penting menjaga yang hijau agar tidak jatuh menjadi kuning dan merah," katanya.

Secara keseluruhan, skor GFSI Indonesia pada 2022 berada pada ranking 63 dari 133 negara, naik dibandingkan 2021 yang berada pada ranking 69 dengan tren 10 tahun bertambah 6,7.

Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022