New York (ANTARA) - Dolar melemah terhadap sebagian besar mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena imbal hasil pada obligasi pemerintah AS 10 tahun yang menjadi acuan turun setelah bank sentral Australia mengejutkan investor dengan kenaikan suku bunga yang lebih kecil dari perkiraan.

Dolar Australia turun 0,2 persen pada 0,6503 dolar AS, terseret setelah langkah oleh bank sentral Australia (RBA), yang mengatakan suku bunga telah meningkat secara substansial dalam waktu singkat.

Euro terakhir melonjak 1,6 persen pada 0,9978 dolar, pulih dari level terendah 20 tahun di 0,9528 dolar pada 26 September, sementara sterling naik tajam 1,2 persen menjadi 1,1456 dolar, dari rekor terendah 1,0327 dolar juga tersentuh pada 26 September.

Pasar obligasi pemerintah Inggris yang lebih tenang melegakan pound sterling setelah gejolak yang diilhami pemerintah baru-baru ini. Dalam sebuah pernyataan pada Senin (3/10/2022), bank sentral Inggris (BoE) menegaskan kembali kesediaannya untuk membeli obligasi pemerintah jangka panjang.

Pergerakan dolar dan imbal hasil tampaknya sebagian mencerminkan pandangan pelaku pasar tentang prospek suku bunga, kata beberapa analis. Investor memperkirakan bahwa kekhawatiran pertumbuhan ekonomi baru-baru ini mungkin cukup untuk memaksa Federal Reserve dan bank sentral lainnya menjadi kurang agresif dalam memerangi inflasi. Pada saat yang sama, saham-saham menguat.

"Kami melihat penurunan ekspektasi suku bunga di pasar keuangan berdasarkan kejutan kenaikan yang lebih kecil dari perkiraan oleh bank sentral Australia," kata Karl Schamotta, kepala strategi pasar di Corpay di Toronto, dikutip dari Reuters.

"Itu memiliki pengaruh semacam peringatan dini bahaya dari pelaku pasar secara global. Orang-orang menurunkan apa yang mereka perkirakan dari Federal Reserve dan bank sentral lainnya dan orang-orang menurunkan apa yang mereka harapkan dari Federal Reserve dan bank sentral lainnya dan itu benar-benar mendorong keluar dari dolar dan masuk ke aset-aset yang sensitif terhadap risiko."

Juga, data ekonomi menunjukkan lowongan pekerjaan di Amerika Serikat turun menjadi 10,053 juta pada Agustus, terbesar dalam hampir 2,5 tahun.

"Ini adalah penarikan yang jauh lebih drastis dari perkiraan dalam jumlah lowongan pekerjaan, dan itulah yang kami perkirakan untuk melihat apakah The Fed mendekati akhir lintasan pengetatan mereka," kata Schamotta.

Imbak hasil pada obliogasi pemerintah AS 10-tahun turun 6,6 basis poin menjadi 3,585 persen.

Dorongan agresif The Fed untuk menaikkan suku bunga dan kenaikan stabil baru-baru ini dalam imbal hasil obligasi pemerintah telah membantu mendukung kenaikan tajam dolar tahun ini.

Investor masih mengamati yuan China dengan cermat, dengan otoritas China telah keluar dalam beberapa pekan terakhir dengan manuver untuk memperlambat penurunannya. Tetapi pada Selasa (4/10/2022), dolar jatuh terhadap yuan di pasar internasional. Dolar terakhir turun 0,9 persen pada 7,0383 dan mencapai terendah sesi 7,0332.

Di tempat lain, dolar turun 0,4 persen terhadap yen Jepang di 144,03 yen, bertahan di bawah 145 setelah sempat melonjak di atas level itu pada Senin (3/10/2022) untuk pertama kalinya sejak otoritas Jepang melakukan intervensi guna mendukung mata uang mereka pada 22 September.

Menteri keuangan Jepang Shunichi Suzuki mengulangi pada Senin (3/10/2022) bahwa pihak berwenang siap untuk langkah-langkah "menentukan" di pasar valuta asing jika pergerakan yen "tajam dan sepihak" bertahan.

Baca juga: Rubel Rusia menguat terhadap dolar, jatuh tajam kembali terhadap euro
Baca juga: Dolar Aussie jatuh setelah bank sentral naikkan suku bunga lebih kecil
Baca juga: Sterling kokoh setelah kebijakan Inggris berbalik arah, Aussie turun

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022