Data 2021 menunjukkan sebanyak 4.000an puskesmas sudah melakukan SHK dan kepada 2.000an petugas puskesmas sudah diberikan pelatihan
Jakarta (ANTARA) - Sedikitnya 4.000 fasilitas layanan kesehatan puskesmas di Indonesia telah dilengkapi layanan Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) untuk deteksi dini kekurangan hormon teroid pada bayi baru lahir, kata pejabat Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

"Data 2021 menunjukkan sebanyak 4.000an puskesmas sudah melakukan SHK dan kepada 2.000an petugas puskesmas sudah diberikan pelatihan," kata Plt. Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes, Ni Made Diah dalam konferensi pers "Transformasi Layanan Primer Untuk Menurunkan Angka Kematian Bayi" yang diikuti dalam jaringan (daring) di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan anak yang lahir dengan kelainan hipotiroid kongenital harus dideteksi dini, dan apabila positif segera diobati agar tumbuh dan berkembang sesuai potensi genetik.

Menurut dia hipotiroid kongenital yang dideteksi lebih cepat dan diobati, mencegah anak mengalami keterlambatan pertumbuhan dan kognitif yang irreversible.

"Saat ini 1.500 dari 4,4 juta bayi baru lahir Indonesia diperkirakan lahir dengan hipotiroid kongenital yang mengacu prevalensi global 1: 3.000 kelahiran," katanya.

Hipotiroid kongenital saat ini berdampak pada beban biaya untuk menanggung pasien seumur hidup karena pengaruh psikologi dan sosial keluarga.

"Negara harus menyiapkan guru dan sekolah luar biasa. Bahkan, Bonus demografi tidak tercapai," katanya.

Baca juga: Cegah hipotiroid, bayi usia tiga hari perlu di skrining

Baca juga: Cara deteksi gangguan tiroid


Gejala dan tanda yang dapat diobservasi setelah 1 bulan lahir di antaranya tubuh pendek, lunglai, kurang aktif, bayi kuning, lidah besar, mudah tersedak, suara serak, pusar bodong, dan ubun-ubun melebar.

"Sasaran SHK adalah bayi baru lahir, umur 3 atau 4 hari diambil darah di bagian tumit. Bayi dengan kondisi medis perlu diskrining, sementara bagi bayi normal sebaiknya umur 3 hari sudah dilakukan skrining," katanya.

Menurut Diah, fasilitas SHK perlu diimplementasikan di seluruh Indonesia. Kemenkes melalui Program Transformasi Kesehatan terus memperluas layanan SHK di level layanan primer yang kini berjumlah total 10.260 unit.

"Implementasi SHK harus dilakukan di seluruh Indonesia, karena sangat mudah prosesnya, bayi umur 3 hari diambil darah tumitnya dan ditetes ke kertas saring, ini bisa dilakukan di kesehatan primer," katanya.

Selanjutnya, sampel darah tumit dikumpulkan untuk dikirim menuju laboratorium rujukan RS Cipto Mangunkusumo, RS Hasan Sadikin, RS Sarjito, atau RS SR Soetomo.

"Perawatan terhadap pasien positif, nanti akan memerlukan obat yang masuk dalam tanggungan BPJS Kesehatan," demikian Ni Made Diah.

Baca juga: Kemenkes wajibkan skrining Hipotiroid Kongenital pada bayi baru lahir

Baca juga: Puskesmas Kecamatan Makasar gencarkan skrining COVID-19 di sekolah

Baca juga: Kemenkes atur protokol skrining COVID-19 oleh puskesmas

Baca juga: Kemenkes tambah jejaring laboratorium Skrining Hipotiroid Kongenital

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022