Jakarta (ANTARA) - Produktivitas tenaga kerja di Amerika Serikat (AS) saat ini yang lebih rendah dibanding setahun lalu dinilai dapat berdampak besar terhadap kesejahteraan negara itu, demikian disampaikan National Public Radio (NPR) mengutip para ekonom.

Tahun ini, produktivitas AS turun 4,1 persen dalam basis yang disetahunkan, penurunan terbesar sejak pemerintah mulai melakukan pencatatan tersebut pada 1948. Sejak saat itu, angkanya terus meningkat dengan stabil, sampai penurunan yang terjadi baru-baru ini.

Kelesuan ekonomi terjadi di kalangan pekerja setelah berbagai peristiwa yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir, kata Julia Pollak, kepala ekonom ZipRecruiter, dan kelesuan itu terlihat dalam data yang ada.

Hampir 20 juta orang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam hitungan pekan saat pandemi merebak, terlepas dari apakah mereka memiliki etos kerja yang kuat, kinerja atau loyalitas yang baik kepada perusahaan, menurut laporan itu.

Kemudian, tren ekonomi bergeser hanya dalam hitungan bulan, dan perusahaan-perusahaan mendadak kesulitan untuk merekrut karyawan.

Pemecatan dan PHK mencapai level terendah dalam sejarah. Karyawan yang masih bekerja di perusahaan saat ini sering kali bekerja sampai mengalami kelelahan yang parah, para pekerja pemula dengan pengalaman yang lebih sedikit direkrut dengan upah yang lebih tinggi, dan perusahaan mengabaikan hal-hal yang dapat membuat para pekerja kehilangan pekerjaan mereka di masa lalu.

Semua itu membuat para pekerja merasa seperti hubungan antara bekerja keras dan pemberian apresiasi telah rusak, kata Pollak, seraya mengatakan bahwa "itu benar-benar mengecewakan bagi pekerja dengan kinerja terbaik."


 

Pewarta: Xinhua
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2022