Jakarta (ANTARA) - Hidup dari keluarga pas-pasan dan serba kekurangan, sejak usia tiga tahun menyandang status sebagai anak yatim, berat dan kerasnya kehidupan dijalani Sandi Praja sebagai sulung dari dua bersaudara dari pasangan Almarhum Letda (Pur) Junaid dan Almarhumah Nenden Oom Sumarlin.

Pengalaman harus bekerja sambilan setelah pulang sekolah demi membiayai pendidikan dialami Sandi sejak duduk di bangku sekolah menengah atas, mulai dari jualan kantong kresek, hingga jadi kuli pikul di Pasar Bogor, dengan satu harapannya, tidak ingin menyulitkan orang tuanya yang janda.

Meski hidup dalam keprihatinan, Sandi memiliki tiga cita-cita ingin menjadi seorang polisi, atau anggota TNI seperti almarhum ayahnya, dan menjadi guru. Sembari memeluk mimpinya, ia pun menyimpan sebuah tekad jangan ada teman-teman dan tetangga di kampung halaman kesulitan menyekolahkan anaknya lantaran tidak miliki biaya.

Jalan mewujudkan cita-cita itupun tidak mudah. Anggota Bhabinkamtibmas Polsek Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat, itu punya pengalaman dua kali gagal tes masuk Polri (tahun 2006 dan 2007), tapi tidak menyurutkan semangatnya. Kegagalan itu justru menjadi pelecut.

Percobaan ketiga kalinya, Sandi memasang nazar, yakni sebuah janji untuk melaksanakan sesuatu jika cita-cita yang diinginkannya tercapai.

Nazarnya, jika cita-citanya menjadi polisi terwujud, Sandi ingin mempunyai lembaga pendidikan setingkat SMK, supaya bisa membantu pendidikan bagi warga di kampung halamannya atau tetangganya yang tidak memiliki biaya sekolah.

Janji atau nazar itu pun sempat ia ucapkan kepada almarhum ibunya yang meninggal tiga tahun lalu. Kala itu Sandi meminta doa restu dari ibunda saat hendak menjalani tes ketiga kali masuk anggota Polri.

Saat itu, ibu Sandi mendoakan putranya dan memberikan petuah (nasihat), agar ketika putranya lulus dari polisi jadilah manusia yang berguna dan bermanfaat untuk masyarakat.

Makbulnya doa sang ibu, Sandi akhirnya diterima menjadi anggota Polri lewat seleksi tanpa dipungut biaya alias gratis. Ia masuk lewat jalur Pendidikan Pembentukan Bintara Polri (Diktuba) Pusat Pendidikan (Pusdik) Shabara Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, Tahun 2008.

Pesan ibunya menjadi amanat untuk memenuhi janjinya mendirikan sekolah menegah kejuruan (SMK) gratis bagi masyarakat kurang mampu dan yatim piatu di kampung halamannya, di Kampung Jabon Manglid RT 02/RW 06, Desa Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pesan itu seperti Tri Brata dan Catur Prasetya yang selalu dipegang erat olehnya.

“Memiliki lembaga pendidikan itu, selain nazar saya, juga menjalankan amanat ibu,” kata Sandi, yang kini berpangkat brigadir polisi kepala (bripka), kepada ANTARA.

Bripka Sandi Praja, Bhabinkamtibmas Polsek Cibadak mengajar materi Kebhayangkaraan di hadapan siswa SMK Tunas Bhayangkara yang didirikannya. (ANTARA/HO-Bripka Sandi Praja)
Bangkitkan pertanian

Berbekal tanah warisan seluas 3.025 meter persegi (m2) dari almarhum ibunya, Bripka Sandi mulai merealisasikan nazarnya untuk membangun sekolah kejuruan. Diawali dengan pendirian Yayasan Laksamana Niscala Danadyaksa, 1 April 2022. Nama yayasan diambil dari nama sebutan alumni Bintara Polri angkatan XXXII/2008.

Tanah warisan itu terlebih dahulu ia wakafkan atas nama yayasan ke Kantor KUA Kecamatan Cidahu. Setelah proses lahan selesai, pendirian sekolah dimulai dengan perizinan yang diurus secara mandiri ke Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat untuk memperoleh akta pendirian sekolah yang dinamai SMK Tunas Bhayangkara dengan program keahlian pengolahan hasil pertanian (APH Pertanian).

Pembangunan pun dimulai. Tahap awal untuk dua ruang kelas, masing-masing seluas 9x8 meter, menelan biaya Rp200 juta. Dana pembangunan bersumber dari uang hasil menyisihkan gaji bulanan Bripka Sandi serta rezeki hasil usaha beternak ayam. Uang untuk pembangunan sekolah itu ditabung di toko material bahan bangunan. Setelah cukup baru pembangunan sekolah dimulai.

Bripka Sandi tidak sendiri, sang istri Maeta Agustina, yang bekerja sebagai bidan harian lepas (BHL) di salah satu puskesmas di wilayah itu, ikut menabung untuk membangun sekolah.

Kekurangan biaya pembangunan dibantu melalui pinjaman ke salah satu bank BUMN lewat usaha KUR BRI dan sisa kekurangan biaya juga didapat dari para donatur. Para donatur itu berasal dari orang-orang dermawan, tokoh masyarakat, tokoh agama dan juga para alumni Polri angkatan XXXII/2008 Polres Sukabumi.

Kini bangunan sekolah berlantai dua itu telah berdiri hampir 65 persen, diresmikan oleh Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Suntana pada 13 September 2022. Tahun pertama sebanyak 40 siswa menempuh pendidikan. Sekolah juga dalam proses akreditasi. Sembari menunggu izin pendirian sekolah terbit, siswa menginduk ke sekolah induk SMK Bhayangkara Cisolok.

Bripka Sandi menyadari bahwa potensi dan manfaat dari sekolah kejuruan, yang mana lulusannya memiliki keterampilan yang dapat diserap oleh dunia kerja, atau bahkan bisa berdaya dengan membuka lapangan kerja sendiri. Jurusan pertanian dipilih, karena latar belakang kampung halamannya merupakan kawasan pertanian yang subur.

Cukup sulit meyakinkan para calon murid dan wali murid untuk menyekolahkan anak-anak mereka di SMK Tunas Bhayangkara secara gratis, karena jurusan pertanian dianggap sudah ketinggalan. Mereka beralasan kenapa harus bersekolah kalau ujung-ujungnya "hanya" menjadi petani dan kerja di sawah.

Meyakinkan calon siswa dan orang tua menjadi tantangan tersendiri bagi Bripka Sandi. Memberikan edukasi bahwa jurusan sekolah tersebut adalah agribisnis pengolahan hasil pertanian (APHP), sesuai potensi wilayahnya yang subur dan banyak perusahaan bidang pengolahan makanan serta minuman. SMK kejuruan pertanian itu didirikan untuk mendukung program pemerintah menumbuhkan wirausaha muda sektor agrokultur.

Tahun pertama siswa SMK Tunas Bhayangkara sebanyak 40 orang, semuanya mendapatkan pendidikan gratis, bahkan seragam hingga peralatan sekolah gratis, yang berasal dari donasi sejumlah orang, mulai dari Kapolres Sukabumi AKBP Dedy Darmawansyah, dan Kapolda Jawa Barat Irjen Pol. Suntana, serta bantuan sepatu dari pedagang sepatu di Jakarta.

SMK Tunas Bhayangkara saat ini memiliki 12 guru, termasuk Bripka Sandi ikut mengajar materi Kebhyangkaraan. Guru-guru itu saat ini digaji olehnya, dari uang gaji dan usaha kecil-kecilan yang disisihkannya. Selain itu, sekolah juga sedang mengupayakan dana bantuan sekolah (BOS) untuk menggaji guru, termasuk bantuan dari para donatur.

Ke depan SMK Tunas Bhayangkara memberlakukan subsidi silang, siswa mampu membantu siswa tidak mampu lewat infak yang dikumpulkan sesuai kemampuan siswa dan orang tua siswa. Siswa dapat sekolah gratis lewat empat program beasiswa, yakni beasiswa warga kurang mampu, beasiswa yatim/piatu, beasiswa prestasi, dan beasiswa tahfiz Quran.

Bripka Sandi memastikan program bantuan pendidikan di yayasannya akan menyesuaikan dengan siswa, bukan siswa yang menyesuaikan dengan yayasan.

Bripka Sandi Praja, Bhabinkamtibmas Polsek Cibadak foto bersama dengan murid dan pengajar di area SMK Tunas Bhayangkara yang sedang dibangun. (ANTARA/HO-Bripka Sandi Praja)
Sahabat Polri SMK Tunas Bhayangkara berlokasi di bawah kaki Gunung Salak, di hamparan tanah subur. Kini baru berdiri satu bangunan terdiri atas dua ruang kelas belajar, yang satu digunakan untuk kantor, dan lapangan upacara masih berlantaikan tanah.

Bripka Sandi terus berjuang menyebarkan pendidikan kepada generasi muda dari kalangan keluarga tidak mampu. Meski masuk Polri lulusan SMA, namun kini pria yang akan berulang tahun tanggal 17 Oktober mendatang sudah menyandang gelar magister pendidikan. Lulus sarjana strata satu dari STIA Pelabuhan Ratu jurusan Pendidikan Islam, dan lulus magister pendidikan dari Universitas Islam Attahiriah.

Baginya, kebaikan harus ditebarkan. Jika dirinya bisa mendapatkan kesempatan bersekolah dan menjadi anggota polisi, ia pun berharap orang-orang tidak mampu serta tetangganya di kampung halaman yang kurang beruntung bisa memiliki kesempatan yang sama, menikmati hidup menjadi orang yang bermanfaat.

Jauh sebelum mendirikan sekolah, Bripka Sandi telah membentuk sebuah komunitas Sabahat Polisi Peduli atau Sabahat Sandi Peduli yang bergerak bidang sosial dan kebaikan.

Komunitas ini juga ikut andil dalam membangun sekolah dan membantu siswa-siswa serta masyarakat tidak mampu. Komunitas berdiri sejak Bripka Sandi menjadi anggota Bhabinkamtibmas dari Tahun 2012.

Berbagai kegiatan kebaikan dilakukan, misalnya ada keluarga tidak mampu, rumahnya rusak terkena bencana dibantu oleh komunitas Bripka Sandi, dengan melakukan perbaikan dan menyalurkan bantuan. Hingga kini, komunitas itu sudah membangun dua rumah tidak layak huni dan satu hibah rumah.

Hibah rumah itu ia berikan kepada warganya yang sudah 15 tahun hidup mengontrak, selain itu memiliki anak yang disabilitas. Bantuan rumah itu terealisasi setelah dibantu oleh anggota komunitas dan warga sekitar yang peduli.

Bripka Sandi bersyukur, kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukannya didukung semua pihak, mulai dari masyarakat, instansi pemerintah, TNI-Polri, dan pemangku kepentingan terkait.

Atas aksi-aksi sosialnya, pria yang meneladani Ki Hajar Dewantara itu dinobatkan sebagai Bhabinkamtibmas Teladan tingkat Polda Jawa Barat, mendapatkan penghargaan tiga kali berturut-turut (2017, 2018, 2019 dan 2020) dari Kakorbinmas Baharkam Polri. Dan yang membahagiakan, Tahun 2019 ia mendapat umrah gratis dari Kapolda Jawa Barat yang kala itu dijabat oleh Irjen Pol. Rudy Sufahriadi atas dedikasinya sebagai bhabinkamtibmas teladan.

Dalam setiap kehidupannya Bripka Sandi mengidolakan Jenderal (Pur) Hoegeng sebagai sosok polisi jujur dan Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan Indonesia. Ia juga terinspirasi dengan Kapolda Jawa Barat Irjen Pol. Suntana yang memiliki lembaga pendidikan, serta Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo dengan program Polri Presisi-nya, yakni Polisi yang prediktif, responsibilitas dan transparan berkeadilan.

"Bripka Sandi adalah salah satu anggota Polri yang mengabdikan diri untuk masyarakat," kata Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Divisi Humas Polri Kombes Pol. Nurul Azizah.
 

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022