Labuan Bajo (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengajak para tokoh agama di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur untuk mengatasi masalah sampah lewat Gerakan Sedekah dan Kolekte Sampah Indonesia (Gradasi).

"Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Kita harus bersama mengatasi persoalan sampah plastik ini, jadi bersama pemuka agama kita mengajak umat kita untuk bisa mengolah sampah," kata Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 (PSLB3) KLHK Rosa Vivien Ratnawati di Labuan Bajo, Jumat.

KLHK bersama Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL) didukung oleh United Nations Development Programme (UNDP) menerapkan pendekatan keagamaan untuk mengubah perilaku masyarakat dalam mengurangi, mengelola, dan memilah sampah yang bisa menjadi penggerak ekonomi sirkular.

Rosa mengatakan penanganan sampah pada destinasi pariwisata super prioritas (DPSP) Labuan Bajo dilakukan secara bertahap. Penanganan sampah pun dilakukan dari hulu ke hilir.

Pada bagian hulu, lanjutnya, penanganan sampah dilakukan dari sisi masyarakat untuk bisa memilah sampah dan mengumpulkan sampah yang telah terpilah untuk ditindaklanjuti pengelolaannya menjadi sirkular ekonomi.

Setelah masyarakat mampu mengelola sampah itu sendiri, maka perlu adanya pembeli (offtaker) agar adanya perputaran ekonomi dari sampah yang telah dihasilkan oleh masyarakat itu. Dia menyebut Danone Indonesia siap menjadi offtaker yang akan mengambil sampah terpilah itu sehingga sampah di Labuan Bajo bernilai ekonomi dan bisa meningkatkan perekonomian masyarakat, termasuk membantu gereja dan masjid.

Pada kesempatan itu, Rosa menilai para tokoh agama menjadi pihak yang tepat untuk diajak berkolaborasi karena masyarakat Indonesia merupakan masyarakat religius yang masih sangat menuruti apa yang dikatakan oleh para tokoh agama.

"Tolong para pastor, kiai, ustad, kalau khotbah itu, tolong ingatkan jemaat untuk pilah sampah dari rumah. Ada organik dan anorganik, kemudian dibawa ke masjid untuk gerakan sedekah sampah, silakan, atau di gereja untuk kolekte sampah," katanya menegaskan.

Baca juga: WALHI: Perlu ada pengangkutan terpilah untuk pengolahan sampah

Permasalahan sampah khususnya sampah plastik memang menjadi perhatian dunia. The United Nations Assistant Secretary-General and United Nations Development Programme Director of the Regional Bureau for Asia and the Pacific Kanni Wignaraja mengatakan terdapat lima miliar lebih bongkahan plastik pada lautan di dunia dan hanya satu persen sampah plastik yang terlihat mengambang di laut.

Dalam setiap harinya, rata-rata manusia membuang delapan juta keping plastik ke laut, yang mana tersisa tiga miliar lebih spesies ikan.

"Bila kita meneruskan kebiasaan ini tanpa perubahan maka diperkirakan tahun 2050 tidak ada lagi spesies ikan di laut dan kita terpaksa harus konsumsi plastik di laut, bukan ikan," kata Kanni.

Dia pun berharap Gradasi tidak sekadar gerakan kecil saja melainkan gerakan nasional yang dilakukan oleh semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat.

"Saya berharap kita bisa lakukan gerakan lebih. Kabupaten ini bisa beri contoh ke daerah lain untuk menjaga lingkungan termasuk mendapatkan sumber kehidupan yang lebih baik," harapnya optimis.

Peluncuran Gradasi yang dilaksanakan di Aula Kantor Bupati Manggarai Barat ditandai dengan penyerahan secara simbolis kotak sedekah sampah dan buku panduan pengelolaan sampah kepada rumah ibadah dan sekolah yang menjadi percontohan di Labuan Bajo. Sekiranya ada lima gereja, lima masjid, dan lima sekolah yang mendapatkan kotak sedekah itu.

Selain itu ada pula penandatanganan nota kesepahaman antara Danone AQUA dengan UNDP sebagai bentuk dukungan dalam upaya pengurangan sampah di Indonesia.

Baca juga: Startup pengelolaan sampah Waste4Change raih pendanaan 5 juta dolar

Pewarta: Fransiska Mariana Nuka
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022