Koordinasi untuk upaya antisipasi kenaikan harga dan kelangkaan elpiji 3 kilogram.
Palangka Raya (ANTARA) -
Pemerintah Kota (Pemkot) Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah menggandeng polresta setempat untuk mengantisipasi kelangkaan elpiji 3 kilogram bersubsidi.

"Hari ini saya dan unsur pemerintah kota, beserta polresta dan seluruh agen dan perwakilan PT Pertamina melakukan koordinasi untuk upaya antisipasi kenaikan harga dan kelangkaan elpiji 3 kilogram," kata Wali Kota Palangka Raya Fairid Naparin, di Palangka Raya, Jumat.

Dia mengatakan, koordinasi itu juga untuk memastikan stok gas bersubsidi yang beberapa waktu terakhir harganya per tabung menyentuh Rp45.000 itu aman dan sesuai kuota dari Pertamina.

Fairid yang merupakan kepala daerah termuda di wilayah Kalimantan Tengah itu menambahkan, Pemkot Palangka Raya juga segera kembali melakukan melakukan operasi pasar yang diimbangi dengan operasi pasar elpiji 3 kilogram.

"Tentu permasalahan-permasalahan selalu ada di lapangan, tetapi kami terus berupaya dan selalu komunikasi dan semakin memperketat pengawasan. Tetapi yang tidak kalah penting mari kita bersama-sama mengawasi agar distribusi gas bersubsidi benar-benar sampai kepada masyarakat yang memerlukan," katanya.

Fairid pun meminta masyarakat dapat melaporkan bila melihat kejadian atau indikasi penimbunan atau pun indikasi oknum yang menaikkan harga elpiji 3 kilogram tidak sesuai ketentuan.

"Laporkan kepada saya baik secara DM (pesan pribadi) termasuk melalui media sosial saya apabila terjadi penimbunan dan praktik kecurangan lain di lapangan," katanya pula.

Dia mengatakan, titik akhir pantau dan pengendalian harga gas bersubsidi ada pangkalan dengan salah satu ketentuannya adalah harga eceran tertinggi gas 3 kilogram adalah Rp22.000 per tabung. Barang bersubsidi pemerintah itu tidak boleh diperjualbelikan untuk bisnis

"Alurnya, dari agen ke pangkalan dan dari pangkalan langsung ke masyarakat, bukan ke pengecer atau diperjualbelikan kembali. Total pangkalan di Palangka Raya ada 334 pangkalan," katanya.

Saat ini salah satu fokus Pemkot Palangka Raya pada bidang ekonomi adalah mengendalikan harga gas bersubsidi yang di tingkat pengecer mencapai Rp45.000. Harga ini jauh lebih tinggi dari HET di tingkat pangkalan di angka Rp22.000 per tabung.

"Nah, apabila ada hal-hal terjadi atau tidak sesuai yang saya sampaikan, maka bisa dilaporkan juga ke akun resmi @polresta_palangkaraya, @satpolpp_palangkaraya, call112palangkaraya atau @silancip_dishub_kota_plk," katanya lagi.

Sebelumnya, Pertamina memberikan tindakan tegas kepada pangkalan elpiji di Kota Palangka Raya yang melakukan pelanggaran dengan mencabut izin usahanya.

Asisten Sales Brand Manager (SBM) I Pertamina Kalsel-Teng Edy mengatakan pada bulan ini, pihaknya sudah PHU atau Pemutusan Hubungan Usaha sebanyak dua pangkalan. PHU dua pangkalan ini, dikarenakan melakukan penjualan melebihi HET.

Dalam penindakan terhadap agen maupun pangkalan, dia menuturkan, Pertamina bisa melakukannya karena ada laporan yang diterima maupun inisiatif bergerak ke lapangan hingga akhirnya ada temuan.

Edy menyampaikan, untuk ketentuan harga jual tabung elpiji tiga kilogram, dari agen ke pangkalan adalah Rp18 ribu per tabung, sehingga apabila pangkalan menjual ke masyarakat dengan harga Rp22 ribu sudah memiliki keuntungan.

Menurut dia, pangkalan merupakan pihak terakhir dari Pertamina, sehingga struktur pendistribusian atau penjualan hanya sampai pangkalan untuk melayani masyarakat, dan tidak ada lagi pengecer dalam sistem Pertamina.
Baca juga: Pemkot Palangka Raya siapkan 10 titik operasi pasar elpiji

Pewarta: Rendhik Andika
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2022