Jakarta (ANTARA) - Direktur Retail dan Niaga PT PLN (Persero) Edi Srimulyanti mengungkapkan bahwa PLN telah mempunyai peta jalan (roadmap) menuju nol emisi karbon (zero emission) pada 2060 dari hulu sampai hilir.

Di sisi hulu, kata dia, PLN secara bertahap tidak akan lagi menambah pembangkit-pembangkit listrik berbasis bahan bakar fosil, kecuali bagi proyek-proyek yang sudah memiliki perjanjian pembelian listrik (Power Purchase Agreement/PPA).

Untuk proyek-proyek semacam itu, secara legal kontraknya tidak dihentikan dan akan tetap beroperasi.

"Tetapi jumlahnya tidak terlalu banyak. Untuk (pembangkit) yang baru, kami sudah setop untuk yang energi fosilnya,” kata Edi dalam sambutannya pada acara “Cut The Tosh Collaboration Summit” di Jakarta, Selasa.

​Sedangkan untuk program jangka menengah hingga 2030, kata dia, pihaknya sudah mulai membangun pembangkit-pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT).

Menurut Edi, PLN sudah memulai program-program untuk mengurangi pemakaian diesel, khususnya di daerah-daerah terpencil di mana masih banyak warga yang menggunakan diesel berbahan bakar BBM.

“Kita sudah mulai menginventarisasi dan menghidupkan sumber daya-sumber daya lokal yang bisa kami jadikan sumber daya energi setempat. Jadi, yang tadinya berbasis diesel maka kita akan konversi menjadi berbasis EBT atau energi baru terbarukan,” ujarnya.

Dia juga mengatakan bahwa PLN telah melaksanakan co-firing (penambahan biomassa sebagai bahan bakar pengganti parsial) pada 33 pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), sehingga bahan bakarnya tidak lagi menggunakan batu bara sepenuhnya, melainkan dicampur dengan biomassa untuk mengurangi kandungan karbondioksida di udara.

Di sisi hilir, kata Edi, PLN mempersiapkan sektor ritelnya dengan menawarkan kepada calon pelanggan dan pelanggan yang selama ini disuplai dengan energi fosil untuk beralih ke energi hijau.

Baca juga: Menteri ESDM: Konversi motor listrik dorong pertumbuhan industri baru
Baca juga: PLN siapkan strategi mitigasi perubahan iklim


Pewarta: Sinta Ambarwati
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022